Sabtu, 21 September 2019

EDIAAN SUSPENSI IBUPROFEN 100mg/5 ml

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN
LIKUID, SEMISOLID DAN STERIL
SEDIAAN SUSPENSI IBUPROFEN 100mg/5 ml





Oleh :
Kelompok A4
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
 
Tujuan :
Mahasiswa mampu merancang formulasi sediaan suspensi, mampu membuat dan melakukan evaluasi sediaan suspensi dan mampu menganalisa pengaruh penggunaan bahan pensuspensi terhadap stabilitas suspensi.
Dasar Teori :
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Depkes RI, 1995). 
Macam-macam suspensi berdasarkan penggunaannya (Depkes RI, 1995):
·                     Suspensi oral, yaitu sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
·                     Suspensi topikal, yaitu sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditunjukkan untuk penggunaan kulit.
·                     Suspensi tetes telinga, yaitu sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
·                     Suspensi optalmik, yaitu sediaan cair stabil yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:
·                   Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel, semakin kecil luas penampakannya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap. Sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
·                     Viskositas (kekentalan)
Dengan menambah viskositas cairan, maka gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
·                     Jumlah partikel (konsistensi)
Semakin besar konsintrasi partikel, semakin besar kemungkinan terjadi endapan partikel dan waktu yang singkat.
 Muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terjadi dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi melalui antara bahan belum tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam maka tidak dapat dipengaruhinya.
Pembuatan suspense dikenal dua macam sistem, yaitu system fluktuasi dan system deflokulasi. Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi terkait lemah, cepat mengendap, dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada system deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan-lahan dan akhirnya membentuk sediaan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali. Pada system flokulasi biasanya mencegah pemisahan yang sungguh-sungguh tergantung pada kadar partikel padat dan derajat flokulasinya dan pada suatu waktu flokulasi kelihatan kasar akibat terjadi flokulasi. Dalam system terdeflokulasi, partikel terdispersi baik dan mengendap sendirian, tapi lebih lambat dari pada sistem flokulasi, tapi partikel terdeflokulasi berkehendak membentuk sediaan atau cake yang terdispersi kembali (Ansel, 1989)
 
Dekripsi Zat Aktif dan Preformulasi Bahan Eksipien
3.1  Na Benzoat (Anonim, 1995) (Raymond et al., 2009)
Pemerian                          :  Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil di udara.
Nama Lain                       : Sodium benzoat
Struktur Kimia                 :
Nama Kimia                    : Natrium benzekarboksilat
Rumus Molekul               : C7H5NaO2
Berat Molekul                  : 144,11
Kelarutan                         : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih. Mudah larut dalam etanol 90%.
pH larutan                        : 8
pH stabilitas                     : 2-5
Titik Didih                       : -
Titik Leleh                       : -
Wadah dan Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk serta kering
Stabilitas                          : Larutan yang mengandung air dapat disterilkan dengan autoclaving atau penyaringan.
Inkompatibilitas               : dengan gelatin, garam besi, garam kalsium dan garam logam berat yang mengandung perak dan merkuri.
Sifat Khusus                    : Zat pengawet
Koefisien Partisi              : -
3.2   Saccharin Sodium (Anonim, 1995) (Rowe et al., 2009)
Pemerian                          :  serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau aromatic lemah; memiliki rasa manis dengan rasa agak pahit setelah beberapa waktu.
Nama Lain                       : Saccharin natrium
 Nama Kimia                   :  1,2- Benzisothiazol-3(2H)-satu 1,1- dioksida
Struktur Kimia                 :
Rumus Molekul               : C7H4 HNaO2 S
Berat Molekul                  : 205,16
Kelarutan                         : Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter; larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol mudah larut dalam ammonia encer.
pH Larutan                      : 6,6
pH Stabilitas                    : 2-6,6
Titik Leleh                       : -
Titik Didih                       : Terdekomposisi selama pemanasan
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas                           : Stabil dalam rentang kondisi normal dalam formulasi. Hanya saja ketika dalam kondisi suhu tinggi (125ºC) dengan pH rendah <2, maka selama lebih dari 1 jam akan terjadi dekomposisi.
Inkompatibilitas               : Tidak mengalami pencoklatan maillad
Sifat Khusus                    : -
Koefisien Partisi              : -
3.3   FD & C Red (MSDS, 2016)
Pemerian                          : Bahan cair; berwarna merah
Nama lain                        : -
Nama kimia                     : -
Struktur kimia                 : -
Rumus Molekul               : -
Berat molekul                  : -
Kelarutan                         : larut dalam air dingin dan etanol
pH stabil                          : -
Titikdidih / leleh              : - / Terdekomposisi
Stabilitas                          : Tidak menunjukkan reaktivitas dengan air
Inkompatibilitas              : Agen pengoksidasi
Penyimpanan                   : Dalam wadah tertutup rapat, kering, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk dan dijauhkan dari panas tinggi.
Sifat khusus                     : -
3.4  Raspberry (MSDS, 2016)
Pemerian                          : Cairan berwarna merah gelap
Nama lain                        : -
Nama kimia                     : -
Struktur kimia                 : -
Rumus Molekul               : -
Berat molekul                  : -
Kelarutan                         : -
pH Larutan                      : 2,9
Titikdidih / leleh              : -
Stabilitas                          : Tidak menunjukkan reaksi yang signifikan dengan air
Inkompatibilitas              : -
Penyimpanan                   : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering
Sifat khusus                     : -
Koefisien partisi              : -
3.5  Aquadest (PubChem, 2016) (Anonim, 1979)
Pemerian                          : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
Nama Lain                       : Aqua, aqua purificata
Struktur Kimia                 :
Nama Kimia                    : Dihidrogen oksida
Rumus Molekul               : H2O
Berat Molekul                  : 18,02
Kelarutan                         : -
pH                                    : 7
Titik Didih                       : 100◦C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas                          : Stabil dalam semua kondisi fisik (es, cair, uap).
Inkompatibilitas               : Dalam formulasi, air dapat bereaksi dengan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis.
Sifat Khusus                    : -
Koefisien Partisi             : -
3.6   Glyserin
Pemerian             : jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopis,memepunyai rasa manis 0,6x sukrosa
Nama kimia                     :   Propane-1,2,3-triol
Nam lain                      : gliserol, gliserolum
Rumus molekul           :C3H8O3
Berat Molekul             : 92.09o C
Struktur kimia :
Kegunanan :Pengawet antimikroba, pelarut, emolien, humektan, wetting agent
pH larutan                   : -
pH stabilitas                : -
Titik didih                   : 290 o C
Titik leleh                    :  17,8 o C
Kelarutan                    : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak dapat larut dalam
                                      eter, kloroform, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap
Stabilitas                     :  Gliserin bersifat higroskopis, gliserin murni tidak mengalami oksidasi oleh udara pada penyimpanan normal, namun dapat terdekomposisi oleh panas, menghasilkan akrolein yang sifatnya toksis, campuran gliserin dengan air, etanol dan propilen glikol stabil secara kimia
Inkompatibilitas         :Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti kromium trioksida, potasium klorat, atau kalium permanganat-nate. Dalam larutan encer, reaksi berlangsung pada tingkat lebih lambat dengan beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Perubahan warna hitam jika gliserin terpapar terus-menerus oleh cahaya, atau kontak dengan seng oksida nitrat atau dasar bismut.
Wadah & penyimpanan : disimpan dalam waah kedap udara, di tempat yang sejuk dan kering
3.7   Xanthan Gum
Nama lain : Jagung gula permen karet
Pemerian : Serbuk putih
Rumus molekul : C35H49O29
Bobot molekul  : 1x 106
pH larutan : 6-8
Titik didih : 270ºC
Koefisien partisi : -
Sifat khusus : -
Kelarutan : larut dalam air dingin dan air hangat , tidak larut dalam eter
Stabilitas : Stabil pada rentang 3-12, stabil pada suhu 10-6-, stabil pada asam basa dan enzim.
Inkompatibilitas : Inkompatibel pada surfaktan kation, polimer, anionik menyebabkan pengendapan.
Struktur molekul :
3.8  Ibuprofen
Pemerian : Serbuk hablur, putih, berbau khas lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, metanol dan aseton dan dalam kloroform. Sukar latur dalam etil asetat.
Khasiat : analgesik dan antipiretik
Nama lain : -
Nama kimia : 2-(p-isobutil fenil) asam propionat
Rumus molekul : C13H18O2
Bobot molekul : 206,28
pH : 1-7,5
titik didih dan titik leleh :-
Stabilitas : -
Inkompatibilitas :-
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Sifat khusus : -
Koefisien partisi :-
Struktur molekul :
 
Formulasi dan Rasionalisasi Formula
4.1 Formula
Bahan
% yang digunakan
Rentang
Fungsi
Ibuprofen
100 mg/5 ml
   -
Bahan Aktif
Xanthan Gum
0,5%
0,1-0,5%
Suspending agent
Na benzoat
0,2 %
      0,1-0,5 %
Pengawet
Saccharin Sodium
0,6%
0,075-0,6%
Pemanis
Gliserin
10%
<30%
Pembasah (humektan)
FD & C Red
q.s
-
Pewarna
Perasa Raspberry
q.s
-
Perasa
Air
Ad 60ml
-
Pelarut
4.2 Rasionalisasi Formula
Sediaan yang akan dibuat pada praktikum ini adalah suspensi ibuprofen 100 mg/5 mL. Ibuprofen ini digunakan sebagai bahan aktif yang dibuat dalam bentuk suspense karena ibuprofen merupakan obat yang kelarutannya kecil atau praktis tidak larut dalam air. Sehingga dibuat dalam bentuk sediaan suspensi agar bahan aktif ibuprofen dapat stabil dalam sediaan cair. Ibuprofen dalam sediaan suspense ini digunakan sebagai bahan aktif dengan menggunakan suspending agent xanthan gum sebanyak 0,5% dengan rentang 01,0,5%. Xanthan gum digunakan sebagai suspending agent karena dapat meningkatkan viskositas dari suspensi sehingga pengendapan dapat diperlambat. Selain itu, digunakan gliserin sebagai humektan sebanyak 10% dengan rentang menurut(HOPE,2009) yaitu<30% untuk mengurangi sudut kontak dari ibuprofen agar dapat terbasahi dan tercampur dengan air.
Kemudian digunakan pengawet Na Benzoat sebanyak 0,2% berdasarkan rentang menurut (HOPE,2009) yaitu 0,02-0,5%. Digunakan pengawet karena sediaan mengandung air yang mudah ditumbuhi oleh mikroba. Digunakan Na Benzoat karena pH stabil nya antara 2-5 karena berada pada rentang pH bahan aktif ibuprofen yaitu 1-7,5 (Pharmaceutical codex:934).
Selanjutnya digunakan saccharin sodium pada sediaan suspense sebanyak 0,075-0,6%. Digunakan saccharin sodium karena apabila menggunakan sorbitol konsentrasinya 70% dan sukrosa 67% memiliki jumlah yang banyak sehingga digunakan saccharin sodium. Untuk meningkatkan aseptabilitas, digunakan FD&C Red sebagai pewarna dan raspberry sebagai perasa secukupnya
 
Penimbangan
Nama Bahan
Volume
1 Botol (60ml)
5 Botol (305ml)
Ibuprofen
100 mg
1,2 g
6,3 g
Xanthan gum

0,3 g
1,575 g
Na Benzoat
0,126 g
0,63 g
Gliserin
6 ml
63 ml
Saccharin sodium
0,36 g
1,89 g
Air
Ad 60 ml
Ad 315 ml
Perasa Rasberry
q.s
q.s
FD & C Red
q.s
q.s
 
ji Mutu Sediaan Farmasetika Sediaan Akhir
8.1  Evaluasi Organoleptik
Prinsip : Mengevaluasi organoleptik sampel meliputi rasa, warna dan aroma
Tujuan : Untuk mengetahui rasa, warna dan aroma
Metode :
1.      Warna        : Dengan melihat keseuaian warna dengan pewarna yang digunakan (FD&C Red)
2.      Rasa          : Dengan melihat kesesuaian rasa dengan perasa (Rasberry) dan pemanis (Sakarin Natrium) yang digunakan
3.      Aroma : Dengan mencium aroma suspensi
Penafsiran Hasil : Warna, rasa dan aroma sesuai dengan perasa, pewarna dan aroma yang digunakan    (FI IV 1995, hal 1030)
8.2  Evaluasi Penetapan Bobot Jenis
Prinsip : Mengukur bobot jenis sediaan suspensi dengan piknometer
Tujuan : Mengetahui bobot jenis sediaan suspensi
Metode :
1.      Diukur piknometer kosong, piknometer + air pada suhu 25oC
2.      Diukur pikbometer + sampel
3.      Hitung bobot jenis dengan rumus
Penafsiran Hasil : Bobot jenis = ( piknometer + sampel ) – piknometer kosong
                                               ( piknometer + air ) - piknometer kosong
(FI IV 1995, hal 1030)
8.3  Penetapan pH
Prinsip : Harga pH adalah harga muncul pada pH meter dengan electro indicator
Tujuan : Mengetahui pH sediaan akhir
Metode : menunjukkan pH sesuai dengan pH stabil zat aktif
1.      Digunakan pH meter yang dikalibrasi
2.      Lakukan disuhu 25oC ± 2oC kecuali dinyatakan pada masing-masing monografi
Penafsiran Hasil : Harga pH dilihat dari pH meter yang menunjukkan pH yang sesuai dengan pH stabil zat aktif yakni pH stabilitas ibuprofen sebesar 3,6-4,8 ( FI IV 1995, hal 1039)
8.4  Uji Pengukuran Viskositas
Prinsip : Mengukur kekentalan sediaan suspensi
Tujuan : Mengetahui kekentala sediaan suspense
Metode : Kekentalan diukur dengan mengkalibrasi alat menggunakan cairan yang sudah diketahui viskositasnya, kemudian kekentalan cairan uji ditetapkan dengan membandingkan teradap kekentalan cairan yang telah diketahui
Penafsiran Hasil : kekentalan sediaan suspensi, sama dengan kekentalan yang telah diketahui viskositasnya
8.5  Uji Homogenitas
Prinsip : Diamati visual susunan partikel yang terbentuk dari sediaan akhir
Tujuan : Untuk mengetahui hoogenitas sediaan akhir yang dibuat
Metode :
1.      Sampel dia ambil dari berbagai tempat ( atas, bawah, tengah ) setelah itu di kocok
2.      Sampel diteteskan pada gelas obyek dan diratakan dengan kaca objek lain sehingga terbentuk lapisan tipis
3.      Diamati homogenitas dari ketiga sampel
Penafsiran Hasil : susunan partikel dari ketiga sampel terdispersi merata dan homogen
8.6  Uji Kemampuan Redispersi
Prinsip : Diamati secara visual dan dihitung banyaknya pengocokan pada sediaan
Tujuan : Mengetahui waktu yang di buthkan sediaan sspensi ntuk redispersi sediaan yang dibentuk
Metode : Sediaan yang sudah mementuk sedimen dikocok dengan tangan. Titik akhirnya adalah jika pada dasar tabung tidak lagi terdapat endapan
Penafsiran Hasil          : Kemampuan redispersi baik bila suspense telah terdispersi sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik
8.7  Uji Volume Sedimentasi
Prinsip : Diamati secara visual volume pengendapan sediaan suspensi setelah beberapa hari
Tujuan : mengetahui kestabilan suspense dalam bentuk sedimen
Metode :
1.      Sediaan dimasukkan dalam tabung yang berskala
2.      volume yang di isikan merupakan volume awal (Vo)
3.      setelah beberapa waktu/hari diamati volume sediaan yang terbentuk (Vu)
4.      hitung volume sedimentasi F=
Penafsiran Hasil :
1.      F = 1 merupakan sediaan yang baik
2.      F > 1 terjadi floc yang sangat longgar sehinggs volume sediaan > volume akhir
3.      Formula suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis lurus / sedikit curam
 
Tabel Pengamatan
No
Perlakuan
Hasil
1.
Disiapkan alat dan bahan 
Alat da bahan disiapkan
2.
Botol di tara 60 ml sebanyak 5 buah
Di dapat botol yang sudah di tara 60 ml 
3.
Ditara beaker glass 315 ml dan 31,5 ml
Di dapat beaker glass 315 untuk total sediaan dan 31,5 ml untuk Gliserin
4.
Didihkan air untuk xanthan gum 157,5 ml kemudian didinginkan 
Di dapat air panas sebanyak 157,5 ml kemudian didinginkan
5.
Ditimbang xanthan gum 1,575 gram
Didapatkan xanthan gum 1,575 gram
6.
Diambil air yang sudah didinginkan dan dimasukkan kedalam mortir, Xanthan gum didispersikan kedalam air à Aduk ad homogen
Didapatkan campuran Xanthan gum yang homogen + kental
7.
Ibuprofen ditimbang 6,3g
Di dapat ibuprofen sebanyak 6,3 g
8.
Diambil Gliserin 31,5 ml
Didapat Gliserin 31,5 ml
9.
Ibuprofen dibasahi dengan Gliserin à aduk ad homogen
Ibuprofen terbasahi dan didapatkan campuran ibuprofen + Gliserin yang homogen.
10.
Xanthan gum dan (10) dicampur ad homogen   
Didapat campuran xanthan gum+ibuprofen
11.
Ditimbag Na benzoate sebanyak 0,63g
Didapat Na benzoat sebanyak ,63g
12.
Na benzoate dilarutkan 1,134ml air aduk ad larut
Na benzoate larut
13.
Ditimbang saccharin sodium 1,89g
Didapat Saccharin sodium 1,89g
14.
Saccharin sodium dilarutkan dalam 2,268ml air aduk ad larut
Saccharin sodium larut
15.
Campur Na benzoat dan saccharin sodium +(10) à Aduk ad homogen
Larutan telah tercampur homogen
16.
Ditambahkan aquadest add 315 ml  
Didapatkan suspensi ibuprofen 315 ml
17.
Dilakukan uji evaluasi sediaan
 
Pembahasan
Berdasarkan pembuatan Suspensi Ibuprofen 100mg/5mL, didapatkan hasil berupa, pada uji organoleptik, warna suspensi adalah kuning pucat, rasa manis. Rasa manis berasal dari pemanis yang digunakan yaitu saccharin sodium, Bau yang dihasilkan adalah seperti bau tepung. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan  dimana warna dan rasa nya kuning pucat dan hanya berasa manis. Hal tersebut terjadi karena pada sediaan tidak di tambahkan pewarna dan perasa rasberry karena suatu hal. Sediaan suspensi berasa manis dan rasa pahit dari bahan aktif  ibuprofen tidak terasa. Hal tersebut dapat terjadi karena penggunaan pembasah pada sediaan ini adalah gliserin yang dapat juga digunakan sebagai pemanis. Sediaan suspensi ibuprofen memiliki konsistensi agak kental namun masih bisa dituang. Hasil uji organoleptik ini tetap tidak ada perubahan, artinya sediaan eliksir stabil secara organoleptik.
Untuk uji pH didapatkan hasil pH rata-rata suspensi yaitu 4,71 ± 0,063 dimana pada pengecekan pH pertama: 4,76, kedua 4,65 dan ketiga 4,76. Hasil ini sesuai dengan spesifikasinya yaitu pH pada rentang 3,5-5,0. Rentang pH tersebut diperoleh dari rentang pH antimokroba yang digunakan yaitu Na Benzoat antara 2,5 – 4,0 serta dari pH bahan aktif yaitu 1-7,5 . Untuk memperoleh pH sesuai rentang dilakukan test pH, dimana pH awal suspensi adalah 5 yaitu maksimal pH jika dilihat dari spesifikasi yang ditetapkan. Agar mencapai rentang pH yang diinginkan yaitu pH asam maka dilakukan penambahan asam sitrat sehingga pH sediaan suspensi semakin turun dan berada pada rentang pH yang diinginkan.
Selanjutnya dilakukan uji homoenitas untuk mengetahui apakah sediaan suspensi sudah merata (homogen) atau masih terdapat gumpalan. Setelah diamati secara visual, sediaan suspensi yang dibuat homogen. Kemudian dilakukan pengujian volume terpindahkan dimana spesifikasinya adalah volume rata-rata yang diperoleh tidak kurang dari 100% dan volume perbotol tidak ada yang kurang dari 95% atau setiap botol ±5ml. Setelah dilakukan penuangan pada gelas ukur, botol 1 :  60ml, botol 2: 60ml, botol 3: 61ml, botol 4: 62ml, botol 5: 63ml. Dari masing-masing volume sediaan masih sesuai dengan spesifikasi. Volume botol 3,4 dan 5 lebih dari 60ml karena setelah menuangkan sediaan botol 2 tidak semuanya tertuang (masih ada sisa) pada akhirnya terkumulasi dengan sediaan yang dituang berikutnya. Sehingga volumenya lebih dari 60ml.
Ada beberapa alasan pembuatan suspense oral. Salah satunya adalah karena obat – obattertentu tidak stail secara kimia apabila ada dalam larutan, tetapi stabil bila disuspensi. Dalam hal ini suspense oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang biasa), karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah untuk memberikan dosisi yang relative besar, aman, mudah diberikan untuk anak – anak, selain itu juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Kerugian dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak apabila diberikan dalam bentuk larutan dkan tidak terasa bila diebrikan sebagai partikel yang tidak larut dalam suspense. Nyatanya untuk obat yang tidak enak rasanya telah dikembangkan bentuk – bentuk kimia khusus menjadi bentuk yang tidak larut dalam pemerian yang diiinginkan sehingga didapatkan sediaan cair yang rasanya enak.
Berbagai faktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel – partikel suspense tercakup adalam persamaan hukum Stoke’s.Dari persamaan tersebut jelas bajwa kecepatan jatuhnya suatu partikel yang tersuspensi lebih besar bila ukuran partikel lebih besar, jika semua factor lain dibuat konstan, dengan mengurangi ukuran partikel dari dase terdispersi, seseorang dapat mengharapkan laju tutun lebih lambat dari partikel tersebut. Juga makin besar kerapatan partikel makin besar laju turunnya, asalkan kerapatan pembawa tidak diubah. Karena umumnya digunakan pembawa air dalam suspesi farmasi untuk pemberian oral, kerapatan partikel umumnya lebi besar daripada kerapatan pembawa, suatu sifat yang diinginkan, karena bila partikel – partikel lebih ringan dari pembawa, partikel – partikel cenderung untuk engambang dan partikel – partikel9ni sangat sukar didstribusikan secaa seragam dalam pembawa.
Laju endap dapat berkurang cukup besar dengan menaikkan viskositas memdium disperse dan dalam batas – batas tertentu secara praktis ini bisa dilakukan. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi uumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sampai viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan – kesulitan seperti yang telah disebutkan tadi.
Sifat khas biskositas dari suspense dapat diubah tidak hanya dengan penggunaan pembawa, tetapi juga dengan kandungan yang ada padanya. Sebagaimana proporsi dari partikel padat dinaikkan dalam suspense, maka begitu pula viskositanya. Viskositas dari preparat farmasetik dapat ditentukan dengan menggunakan viscometer Brookfield, yang mengukur viskositas dengan gaya yang dibutuhkan untuk memutar poros dalam cairan yang diuji.
Kebanyakan stabilitas fisik dari suatu suspense sediaan farmasi kelihatannya paling cocok untuk disesuaikan dengan mengadakan perubahan pada fase trdispersi dan bukan pada medum disperse. Dalam banyak hal, medium disperse menyokong fase terdispersi yang disesuaikan tersebut. Penyesuaian ini terutama mengenai ukuran partikel, keseragaman ukuran paerikwl dan pemisahan partikel – partikel tersebut sehingga tidak mungkin untuk mejadi lebih besar dan membentuk padatan bila didamkan.
Dalam pembuatan suatu suspense ahli farmasi arus mengetahui dengan baik karakteristikm fase terdispesi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah dibasahi oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Obat – obat lain tidak dipenetrasi denan mudah oleh pembawa tersebut dan mmpunyai kecenderungan untuk bergabung menjadi satu dan mengambang diatas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir, serbuk mula – mula harus dibasahi dulu dengan apa yang  disebut dengan zat pembasah agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium disperse. Alcohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebaga zat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase pendispersi. Bahan – bahan tersebut berfungsi menggantikan udara di celah – celah partikel, mendisperiskan partikel tersebut dan kemudian menyebabkkan terjadinya penetrasi medum disperse ke dalam serbuk. Dalam pembuatan suspense skala besar, zat pembasah dicampur dengan partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid.
Pengukuran bobot jenis
Hasil ujimassa jenis pada suspense ibuprofen telah dilampirkan pada perhitungan diatas, bahwa ketiga formula suspense ibuprofen tidak memenuhi syarat massa jenis suspense yaitu 1.00g/cm3 karena pada suspense ibuprofen didapatkan bobot jenis rata-rata 0,0408 g/L ± 0,0018.  . Pada sediaan suspense, jika pembawa yang digunakan adalah air, maka massa jenis yang dihasilkan umumnya lebih besar daripada massa jenis pembawanya dan merupakan sifat yang diharapkan. Penerimaan massa jenis pada masing – masing formula terjad seriring dengan bertambahnya waktu penyimpanannya. Perubbahan massa jenis pada sediaan suspense dapat disebebkan oleh terjadinya ketidakseragaman disribusi bahan penyusun suspensi.
Pengukuran volume sedimentasi
Volume sedimentasi pada suspense dengan pelarut air akan menurun ketika konsentrasi ion meningkat.adanya perubahann konsentrasu ion ini disebabkan oleh adanya perubahan pH. Dalam sediaan suspensi ibuprofen didapatkan sediaan yang stabil karena memiliki volume sedimentasi dengan nilai F = 1.
Pengamatan waktu redispersi
Pengamatan tidak dapat dilakukan karena tidak ada sedimentasi yang terbentuk sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan dalam keadaan stabil selama 4 hari penyimpanan
 
Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa diperoleh sediaan berwarna kuning pucat, berasa manis, dan berbau xanthan gum dengan konsistensi yang kental, hal ini disebabkan karena kadar xanthan gum yang kurang tepat. Dari segi stabilitas, sediaan stabil untuk organoleptiknya. Dari segi sedimentasi, tidak terbentuknya sedimentasi pada sediaan yang disebabkan karena konsistensi sediaan yang dapat dikatakan sediaan stabil.
Daftar Pustaka
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI Press.
Anonim, 2016. Consentrasion of xanthan gum for suspending agent. www. jungbunzlauer.com, diakses 31 Maret 2016
Anonim, 1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Connors, K. A., Amidon, G. L. and Stella, V. J. 1986. Chemical Stability of Pharmaceutical, New York : John Willey and Sons.
PubChem, 2016. Aquadest.  https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/. Diakses tanggal 31 maret 2016.
Rowe, R.C., PJ. Sheshky, dan ME. Quinn. 2009. Pharmaceutical Design. London : Pharmaceutical Press.