LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
SEDIAAN FARMASI SEMI SOLID
MODUL 1 :
SEDIAAN SIRUP
KELOMPOK 1
MARIKA MAULUDIYAH (145070500111007)
ADIBAH NUR MAISAROH (145070501111003)
NADIA KHANSA’ (145070501111013)
ADISTI MEGA PUTRIANAH (145070501111023)
WINFIKA WIBISONO PUTRI (14507050111102 )
WARDAH AZ ZAHRAH (145070507111003)
AGUNG PEBRIAN RAMADANI (145070507111007)
MARIKA MAULUDIYAH (145070500111007)
ADIBAH NUR MAISAROH (145070501111003)
NADIA KHANSA’ (145070501111013)
ADISTI MEGA PUTRIANAH (145070501111023)
WINFIKA WIBISONO PUTRI (14507050111102 )
WARDAH AZ ZAHRAH (145070507111003)
AGUNG PEBRIAN RAMADANI (145070507111007)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
I.
Tujuan
Praktikum
Tujuan
dilakukannya praktikum ini diantaranya yaitu mahasiswa dapat membuat formula
sirup, mahasiswa dapat membuat serta melakukan evaluasi sediaan sirup,
mahasiswa dapat memahami pengaruh penggunaan bahan tambahan pemanis dan
pengawet terhadap stabilitas sirup.
II.
Dasar
Teori
Menurut Farmakope Indonesia III (1979), sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar
sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan
tidak lebih dari 66%. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain dalam kadar tinggi. Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari
gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa
manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa.
Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah
sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup adalah sediaan
cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa
(Anonim, 1995).
Kandungan
sakarosa dari sirup umumnya antara 60-65%. Hal itu menentukan daya tahan dari
sediaan. Atas dasar daya tahannya maka sediaan berkonsentrasi tinggi dinilai
paling baik, meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa dengan meningkatnya
kandungan gula dari sirup menyebabkan kelarutan bahan obat tertentu di dalamnya
berkurang ( Voight, 1994).
Komponen-komponen
sirup terdiri dari (Van Duin, 1991) :
a.
Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori
yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori
rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa
sdangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
b.
Pengawet
antimikroba
Pengawet antimikroba digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat
bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c.
Perasa dan
Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan
yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena
sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air
yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang
enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup,
misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
d.
Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan
mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan
stabilisator.
Selanjutnya
sifat fisika sediaan sirup terdiri dari (Syamsuni, 2006) :
a.
Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah
suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir.
Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara
berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam
kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan
cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu
zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang
kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran
sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas idak lebi dari 0,1 C.
b.
Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah
satu parameter kualitas sirup. Uji ini berkaitan erat dengan viskositas.
Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan smakin mudah dituang dan
sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair
selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap
kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat
menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
c.
Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan
dengan melakukan pengamatan pada warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang
terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan Selama
waktu tertentu.
IV.
Formula
dan Rasionalisasi Formula
4.1. Formula
Nama Bahan
|
Rentang
|
Konsentrasi
yang digunakan
|
Fungsi bahan
|
Cetirizine HCl
|
5 mg/5 mL
|
Sebagai zat aktif
|
|
Sukrosa
|
64-66%
|
65%
|
Sebagai pemanis
|
Natrium Benzoat
|
0,02 – 0,5 %
|
0,4%
|
Sebagai pengawet
|
Raspberry
|
q.s.
|
q.s.
|
Sebagai perasa
|
FD & C Red
|
q.s.
|
q.s.
|
Sebagai pewarna
|
Aquades
|
60 mL
|
Sebagai pelarut
|
4.2. Rasionalisasi
Formula
VI.
Penimbangan
Nama
Bahan
|
Unit
Formula (5ml)
|
Per
Batch = 5 botol (315ml)
|
Cetirizine
HCl
|
5 mg
|
315 mg
|
Natrium
Benzoat
|
0,013 g
|
0,84 g
|
Sirupus
Simplex
|
3,25g
|
204,75g
|
FD&C
Red
|
q.s
|
q.s
|
Raspberry
|
q.s
|
q.s
|
IX.
Tabel
Data Pengamatan
9.1. Proses Pembuatan Sediaan
No
|
Prosedur
|
Hasil
|
1.
|
Alat dan bahan disiapkan. Alat dicuci hingga bersih
|
Alat dan bahan sudah siap digunakan
|
2.
|
Aquadest dididihkan sebanyak ±400 mL dengan penangas air
|
Air mendidih
|
3.
|
Cetirizine HCl ditimbang sebanyak 315 mg menggunakan neraca analitik
|
Didapatkan cetirizine HCl sebanyak 315 mg
|
4.
|
Purified water diukur sebanyak 3 ml dan dimasukkan beaker glass
|
Didapatkan 3 ml purified water dalam beaker glass
|
5.
|
Cetirizine HCl dilarutkan dengan air dalam beaker glass
|
Cetirizine HCl larut dalam 3 ml air dalam beaker glass
|
6.
|
Sukrosa ditimbang sebanyak 204,75 gram dengan menggunakan neraca analitik
|
Didapatkan sukrosa sebanyak 204,75 gram
|
7.
|
Sukrosa dilarutkan dalam aqua calida ad 315 mL diatas penangas air
|
Didapatkan sirupus simplex dengan konsentrasi 65 %
|
8.
|
Sirupus simplex didiamkan hingga dingin
|
Didapatkan sirupus simplex yang dingin
|
9.
|
Na benzoate ditimbang sebanyak 840 mg dengan menggunakan neraca analitik
|
Didapatkan Na benzoat sebanyak 840 mg
|
10.
|
Na benzoate dilarutkan dalam 2 mL purified water
|
Didapatkan larutan 840 mg Na benzoate didalam 2 mL air
|
11.
|
Larutan Cetirizine HCl dan Na benzoate dicaampur dalam beaker glass yang
telah ditara 315 ml kemudian di homogenkan
|
Didapatkan campuran homogen larutan cetirizine HCl dan Na benzoate
|
12.
|
Campuran homogen larutan cetirizine HCl dan Na benzoate + sirupus simplex
±100 mL
|
Didapatkan campuran larutan cetirizine HCl, Na Benzoat dan sirupus
simplex dalam beaker glass
|
13.
|
Campuran larutan cetirizine HCl, Na Benzoat dan sirupus simplex dalam
beaker glass + perasa (raspberry) dan pewarna (FD & C Red)
|
Sirup memiliki rasa manis raspberry dengan warna merah muda
|
14.
|
Sirup ditambahkan dengan sisa sirupus simplex ad 315 ml, aduk ad homogen
|
Didapatkan 315 ml sirup rasa raspberry berwarna merah muda
|
15.
|
Sirup dimasukkan dalam 5 botol yang telah ditara masing-masing 60 mL
|
Didapatkan 5 botol sirup masing-masing 60 mL
|
9.2. Hasil
Evaluasi
Karakteristik
|
Penafsiran
|
Hasil
Pengamatan
|
Organoleptis
|
Warna : Merah
Rasa : Raspberry
Bau : aroma Raspberry
Bentuk : cair
|
Warna : merah muda jernih
Rasa : Manis
Bau : aroma raspberry
Bentuk : cair
|
pH (25oC)
|
4-5,1
|
4,69
|
Berat Jenis
|
1,198 gram/ml
|
1,223 g/ml
|
Volume terpindahkan
|
Tidak kurang dari 60 mL
|
V1 = 59,5 mL
V2 = 60 mL
V3 = 60 mL
V rata-rata = 59,83 mL
|
Viskositas
|
Tidak dilakukan
|
|
Mikrobiologi
|
||
Kadar zat aktif
|
||
Kejernihan
|
Jernih
|
Jernih
|
X.
Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan sirup Cetirizine HCl 5mg/mL pada saat praktikum, didapatkan
hasil dari beberapa uji yang telah dilakukan. Untuk uji Organoleptik meliputi
warna, rasa, dan bau. Dimana hasil organoleptis yang diharapkan memilki warna
merah, rasa manis raspberry, dan aroma raspberry. Rasa manis merupakan manis
dari sukrosa yang digunakan sebanyak 65% untuk sirupus simplex sebagai bahan
utama dalam sirup ini. Pewarna yang digunakan yaitu FD & C red yang
mempunyai warna merah sehingga warna sediaan akhir yang diharapkan adalah warna
merah. Selain itu digunakan perasa raspberry yang memberikan rasa dan aroma
raspberry. Hasil pengamatan yang kami dapatkan sudah sesuai dengan yang
diharapkan, yaitu rasa sirup manis, aroma raspberry dan berwarna merah muda
jernih. Kemudian selama 6 hari penyimpanan kembali dilakukan uji organoleptis,
dan hasilnya tidak ada perubahan pada warna, rasa, dan bau dari sediaan sirup
Cetirizine HCL, sehingga sirup Cetirizine stabil pada uji organoleptisnya.
Selanjutnya dilakukan
uji pH, dimana rentang pH yang diharapkan yaitu 4-5,1 seperti yang tertera pada
USP, 2010. Pada saat praktikum, sediaan sirup diuji pHnya dan didapatkan nilai
pH sebesar 4,69. Lalu setelah penyimpanan sediaan selama 7 hari, sediaan
kembali diuji pHnya dan didapat nilai pH 4,77. Kenaikan nilai pH yang didapatkan
setelah penyimpanan selama 7 hari ini disebabkan oleh sediaan yang kurang
stabil akibat adjust pH saat dilakukan uji pH.
Uji lain yang
dilakukan yaitu uji bobot jenis. Uji bobot jenis ini dilakukan menggunakan
piknometer. Uji bobot jenis dilakukan dengan cara menimbang bobot piknometer
kosong, kemudian piknometer diisi air dan ditimbang kembali. Setelah itu
dilakukan penimbangan piknometer yang telah diisi sediaan. Masing-masing
penimbangan diulang sebanyak 3 kali. Untuk uji bobot jenis hasil yang diharapkan
sediaan memiliki bobot jenis sebesar 1,198 g/mL (Pfizer, 2007). Sementara hasil
uji bobot jenis yang dilakukan pada saat praktikum menghasilkan nilai 1,233
g/mL. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan beberapa hal, seperti adanya
kontaminan yang menempel piknometer yang membuat hasil bobot jenis dari sediaan
lebih besar dari hasil pada literature yang kami dapatkan.
Uji volume
terpindahkan juga dilakukan pada praktikum ini, uji ini dilakukan dengan cara
menuang sediaan dari botol ke dalam gelas ukur. Kemudian diamati volume yang
tertera pada gelas ukur, dimana diharapkan volume yang tertera sesuai dengan
volume sediaan sesungguhnya yaitu 60 mL dalam satu botol. Setelah dilakukan
pengujian sebanyak 3 kali didapatkan volume terpindahkan dari sediaan adalah
59,5 mL, 60 mL, 60 mL. Sehingga rata-rata yang didapatkan adalah 59,83 mL,
hasil tersebut mendekati volume terpindahkan yang diharapkan. Seharusnya volume
yang didapat tidak kurang dari 60 mL, kurangnya volume disebabkan oleh
tertinggalnya sebagian sediaan di dalam botol atau kesalahan dari penaraan
botol di awal praktikum.
Selanjutnya
dilakukan uji kejernihan sirup. Uji dilakukan secara visual oleh praktikan
dengan mengamati sediaan. Hasil uji sediaan sirup seharusnya jernih, dan tidak
mengandung pengotor didalamnya. Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil sesuai
dengan yang diharapkan yaitu sediaan jernih dan tidak mengandung pengotor
didalamnya.
Ada beberapa uji
lain yang harus dilakukan pada sediaan sirup cetirizine ini selain uji yang
telah dijelaskan diatas. Uji tersebut antara lain uji viskositas, uji
mikrobiologi dan uji kadar zat aktif. Namun beberapa uji tersebut tidak dapat
dilakukan karena keterbatasan alat dan waktu pada saat praktikum dilakukan.
Selama
penyimpanan, diharapkan tidak ada kontaminan yang timbul seperti jamur dan
mikroba dalam sediaan. Sehingga penyimpanan harus dilakukan dengan baik.
Setelah beberapa hari penyimpanan, tidak ditemukan adanya kontaminan dalam
sediaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengawet yang digunakan dalam formulasi
sudah tepat karena memberikan aktivitas yang maksimal.
XI.
Kesimpulan
Dari hasil
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan sirup yang
dibuat telah stabil pada uji organoleptik (rasa, bau warna), berat jenis,
volume terpindahkan dan uji kejernihan. Sedangkan pada uji pH yang dilakukan
setelah penyimpanan selama 7 hari didapatkan pH 4,77. Sedangkan pada saat
praktikum, sediaan sirup diuji pHnya dan didapat nilai pH sebesar 4,69.
Meskipun mengalami kenaikan pH dalam penyimpanan, namun sediaan masih terdapat
dalam rentang ph stabil yaitu 4-5,1 (USP,
2010).
XII.
Daftar
Pustaka
Anonim.1979. Farmakope Indonesia
Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim.
2007. Pfizer MSDS of Cetirizne HCl Syrup,
USA
Anonim.
2009. British Pharmacopeia, Crown,
London
Anonim.
2010. USP MSDS Cetirizine HCl, USA
NCBI.
2005. Chemical Structure of FD & C
Green, USA
Rowe, Raymond C. dkk., 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th Ed, Pharmaceutical
Press, London
Syamsuni,
A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta
Van
Duin. 1991. Ilmu Resep dan Teori, PT
Soerongan, Jakarta
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, diterjemahkan oleh Dr.
Soendani Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta