Senin, 07 Maret 2016

SEDIAAN SIRUP



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SEMI SOLID
MODUL 1 : SEDIAAN SIRUP
KELOMPOK 1
MARIKA MAULUDIYAH                          (145070500111007)
ADIBAH NUR MAISAROH                       (145070501111003)
NADIA KHANSA’                                       (145070501111013)
ADISTI MEGA PUTRIANAH                     (145070501111023)
WINFIKA WIBISONO PUTRI                    (14507050111102  )
WARDAH AZ ZAHRAH                             (145070507111003)
AGUNG PEBRIAN RAMADANI               (145070507111007)

JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN 
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 
MALANG 
2016    
                 
I.              Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini diantaranya yaitu mahasiswa dapat membuat formula sirup, mahasiswa dapat membuat serta melakukan evaluasi sediaan sirup, mahasiswa dapat memahami pengaruh penggunaan bahan tambahan pemanis dan pengawet terhadap stabilitas sirup.

II.           Dasar Teori
Menurut Farmakope Indonesia III (1979), sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi. Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa. Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa (Anonim, 1995).
Kandungan sakarosa dari sirup umumnya antara 60-65%. Hal itu menentukan daya tahan dari sediaan. Atas dasar daya tahannya maka sediaan berkonsentrasi tinggi dinilai paling baik, meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa dengan meningkatnya kandungan gula dari sirup menyebabkan kelarutan bahan obat tertentu di dalamnya berkurang ( Voight, 1994).
Komponen-komponen sirup terdiri dari (Van Duin, 1991) :
a.     Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
b.    Pengawet antimikroba
Pengawet antimikroba digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c.     Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
d.    Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Selanjutnya sifat fisika sediaan sirup terdiri dari (Syamsuni, 2006) :
a.     Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas idak lebi dari 0,1 C.
b.    Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan smakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
c.     Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan Selama waktu tertentu.

IV.        Formula dan Rasionalisasi Formula
4.1.   Formula
Nama Bahan
Rentang
Konsentrasi yang digunakan
Fungsi bahan
Cetirizine HCl

5 mg/5 mL
Sebagai zat aktif
Sukrosa
64-66%
65%
Sebagai pemanis
Natrium Benzoat
0,02 – 0,5 %
0,4%
Sebagai pengawet
Raspberry
q.s.
q.s.
Sebagai perasa
FD & C Red
q.s.
q.s.
Sebagai pewarna
Aquades

60 mL
Sebagai pelarut

4.2.  Rasionalisasi Formula

VI.        Penimbangan
Nama Bahan
Unit Formula (5ml)
Per Batch = 5 botol (315ml)
Cetirizine HCl
5 mg
315 mg
Natrium Benzoat
0,013 g
0,84 g
Sirupus Simplex
3,25g
204,75g
FD&C Red
q.s
q.s
Raspberry
q.s
q.s






IX.             Tabel Data Pengamatan
9.1.   Proses Pembuatan Sediaan
No
Prosedur
Hasil
1.
Alat dan bahan disiapkan. Alat dicuci hingga bersih
Alat dan bahan sudah siap digunakan
2.
Aquadest dididihkan sebanyak    ±400 mL dengan penangas air
Air mendidih
3.
Cetirizine HCl ditimbang sebanyak 315 mg menggunakan neraca analitik
Didapatkan cetirizine HCl sebanyak 315 mg
4.
Purified water diukur sebanyak 3 ml dan dimasukkan beaker glass
Didapatkan 3 ml purified water dalam beaker glass
5.
Cetirizine HCl dilarutkan dengan air dalam beaker glass
Cetirizine HCl larut dalam 3 ml air dalam beaker glass
6.
Sukrosa ditimbang sebanyak 204,75 gram dengan menggunakan neraca analitik
Didapatkan sukrosa sebanyak 204,75 gram
7.
Sukrosa dilarutkan dalam aqua calida ad 315 mL diatas penangas air
Didapatkan sirupus simplex dengan konsentrasi 65 %
8.
Sirupus simplex didiamkan hingga dingin
Didapatkan sirupus simplex yang dingin
9.
Na benzoate ditimbang sebanyak 840 mg dengan menggunakan neraca analitik
Didapatkan Na benzoat sebanyak 840 mg
10.
Na benzoate dilarutkan dalam 2 mL purified water
Didapatkan larutan 840 mg Na benzoate didalam 2 mL air
11.
Larutan Cetirizine HCl dan Na benzoate dicaampur dalam beaker glass yang telah ditara 315 ml kemudian di homogenkan
Didapatkan campuran homogen larutan cetirizine HCl dan Na benzoate
12.
Campuran homogen larutan cetirizine HCl dan Na benzoate + sirupus simplex ±100 mL
Didapatkan campuran larutan cetirizine HCl, Na Benzoat dan sirupus simplex dalam beaker glass
13.
Campuran larutan cetirizine HCl, Na Benzoat dan sirupus simplex dalam beaker glass + perasa (raspberry) dan pewarna (FD & C Red)
Sirup memiliki rasa manis raspberry dengan warna merah muda
14.
Sirup ditambahkan dengan sisa sirupus simplex ad 315 ml, aduk ad homogen
Didapatkan 315 ml sirup rasa raspberry berwarna merah muda
15.
Sirup dimasukkan dalam 5 botol yang telah ditara masing-masing 60 mL
Didapatkan 5 botol sirup masing-masing 60 mL


9.2.  Hasil Evaluasi
Karakteristik
Penafsiran
Hasil Pengamatan
Organoleptis
Warna : Merah
Rasa : Raspberry
Bau : aroma Raspberry
Bentuk : cair
Warna : merah muda jernih
Rasa : Manis
Bau : aroma raspberry
Bentuk : cair
pH (25oC)
4-5,1
4,69
Berat Jenis
1,198 gram/ml
1,223 g/ml
Volume terpindahkan
Tidak kurang dari 60 mL
V1 = 59,5 mL
V2 = 60 mL
V3 = 60 mL
V rata-rata = 59,83 mL
Viskositas

Tidak dilakukan
Mikrobiologi


Kadar zat aktif


Kejernihan
Jernih
Jernih

X.           Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan sirup Cetirizine HCl 5mg/mL pada saat praktikum, didapatkan hasil dari beberapa uji yang telah dilakukan. Untuk uji Organoleptik meliputi warna, rasa, dan bau. Dimana hasil organoleptis yang diharapkan memilki warna merah, rasa manis raspberry, dan aroma raspberry. Rasa manis merupakan manis dari sukrosa yang digunakan sebanyak 65% untuk sirupus simplex sebagai bahan utama dalam sirup ini. Pewarna yang digunakan yaitu FD & C red yang mempunyai warna merah sehingga warna sediaan akhir yang diharapkan adalah warna merah. Selain itu digunakan perasa raspberry yang memberikan rasa dan aroma raspberry. Hasil pengamatan yang kami dapatkan sudah sesuai dengan yang diharapkan, yaitu rasa sirup manis, aroma raspberry dan berwarna merah muda jernih. Kemudian selama 6 hari penyimpanan kembali dilakukan uji organoleptis, dan hasilnya tidak ada perubahan pada warna, rasa, dan bau dari sediaan sirup Cetirizine HCL, sehingga sirup Cetirizine stabil pada uji organoleptisnya.
Selanjutnya dilakukan uji pH, dimana rentang pH yang diharapkan yaitu 4-5,1 seperti yang tertera pada USP, 2010. Pada saat praktikum, sediaan sirup diuji pHnya dan didapatkan nilai pH sebesar 4,69. Lalu setelah penyimpanan sediaan selama 7 hari, sediaan kembali diuji pHnya dan didapat nilai pH 4,77. Kenaikan nilai pH yang didapatkan setelah penyimpanan selama 7 hari ini disebabkan oleh sediaan yang kurang stabil akibat adjust pH saat dilakukan uji pH.
Uji lain yang dilakukan yaitu uji bobot jenis. Uji bobot jenis ini dilakukan menggunakan piknometer. Uji bobot jenis dilakukan dengan cara menimbang bobot piknometer kosong, kemudian piknometer diisi air dan ditimbang kembali. Setelah itu dilakukan penimbangan piknometer yang telah diisi sediaan. Masing-masing penimbangan diulang sebanyak 3 kali. Untuk uji bobot jenis hasil yang diharapkan sediaan memiliki bobot jenis sebesar 1,198 g/mL (Pfizer, 2007). Sementara hasil uji bobot jenis yang dilakukan pada saat praktikum menghasilkan nilai 1,233 g/mL. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan beberapa hal, seperti adanya kontaminan yang menempel piknometer yang membuat hasil bobot jenis dari sediaan lebih besar dari hasil pada literature yang kami dapatkan.
Uji volume terpindahkan juga dilakukan pada praktikum ini, uji ini dilakukan dengan cara menuang sediaan dari botol ke dalam gelas ukur. Kemudian diamati volume yang tertera pada gelas ukur, dimana diharapkan volume yang tertera sesuai dengan volume sediaan sesungguhnya yaitu 60 mL dalam satu botol. Setelah dilakukan pengujian sebanyak 3 kali didapatkan volume terpindahkan dari sediaan adalah 59,5 mL, 60 mL, 60 mL. Sehingga rata-rata yang didapatkan adalah 59,83 mL, hasil tersebut mendekati volume terpindahkan yang diharapkan. Seharusnya volume yang didapat tidak kurang dari 60 mL, kurangnya volume disebabkan oleh tertinggalnya sebagian sediaan di dalam botol atau kesalahan dari penaraan botol di awal praktikum.
Selanjutnya dilakukan uji kejernihan sirup. Uji dilakukan secara visual oleh praktikan dengan mengamati sediaan. Hasil uji sediaan sirup seharusnya jernih, dan tidak mengandung pengotor didalamnya. Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan yaitu sediaan jernih dan tidak mengandung pengotor didalamnya.
Ada beberapa uji lain yang harus dilakukan pada sediaan sirup cetirizine ini selain uji yang telah dijelaskan diatas. Uji tersebut antara lain uji viskositas, uji mikrobiologi dan uji kadar zat aktif. Namun beberapa uji tersebut tidak dapat dilakukan karena keterbatasan alat dan waktu pada saat praktikum dilakukan.
Selama penyimpanan, diharapkan tidak ada kontaminan yang timbul seperti jamur dan mikroba dalam sediaan. Sehingga penyimpanan harus dilakukan dengan baik. Setelah beberapa hari penyimpanan, tidak ditemukan adanya kontaminan dalam sediaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengawet yang digunakan dalam formulasi sudah tepat karena memberikan aktivitas yang maksimal.

XI.        Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan sirup yang dibuat telah stabil pada uji organoleptik (rasa, bau warna), berat jenis, volume terpindahkan dan uji kejernihan. Sedangkan pada uji pH yang dilakukan setelah penyimpanan selama 7 hari didapatkan pH 4,77. Sedangkan pada saat praktikum, sediaan sirup diuji pHnya dan didapat nilai pH sebesar 4,69. Meskipun mengalami kenaikan pH dalam penyimpanan, namun sediaan masih terdapat dalam rentang ph stabil yaitu 4-5,1  (USP, 2010).



XII.     Daftar Pustaka
Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim. 2007. Pfizer MSDS of Cetirizne HCl Syrup, USA
Anonim. 2009. British Pharmacopeia, Crown, London
Anonim. 2010. USP MSDS Cetirizine HCl, USA
NCBI. 2005. Chemical Structure of FD & C Green, USA
Rowe, Raymond C. dkk., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed, Pharmaceutical Press, London
Syamsuni, A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta
Van Duin. 1991. Ilmu Resep dan Teori, PT Soerongan, Jakarta
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, diterjemahkan oleh Dr. Soendani Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta