LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN
LIKUID, SEMISOLID DAN STERIL
SEDIAAN SUSPENSI IBUPROFEN 100mg/5 ml
Oleh
:
Kelompok
A4
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
Tujuan :
Mahasiswa mampu
merancang formulasi sediaan suspensi, mampu membuat dan melakukan evaluasi
sediaan suspensi dan mampu menganalisa pengaruh penggunaan bahan pensuspensi
terhadap stabilitas suspensi.
Dasar Teori :
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan,
endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang
(Depkes RI, 1995).
Macam-macam
suspensi
berdasarkan penggunaannya
(Depkes RI, 1995):
·
Suspensi oral, yaitu sediaan cair mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan
oral.
·
Suspensi topikal, yaitu sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditunjukkan untuk penggunaan kulit.
·
Suspensi tetes telinga,
yaitu sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
·
Suspensi optalmik, yaitu sediaan cair stabil yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:
·
Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel, semakin kecil luas penampakannya (dalam volume yang
sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap.
Sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
·
Viskositas (kekentalan)
Dengan menambah viskositas cairan, maka gerakan turun dari partikel
yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan
suspense tidak boleh terlalu tinggi
agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
·
Jumlah partikel (konsistensi)
Semakin besar konsintrasi partikel, semakin besar kemungkinan terjadi endapan partikel dan waktu yang singkat.
Muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terjadi dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi melalui antara bahan belum tersebut
yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam maka tidak dapat dipengaruhinya.
Pembuatan suspense dikenal dua macam sistem, yaitu system fluktuasi dan system deflokulasi. Dalam system flokulasi,
partikel terflokulasi terkait lemah,
cepat mengendap, dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk
cake. Sedangkan pada system deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan-lahan dan akhirnya membentuk sediaan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali. Pada system flokulasi biasanya mencegah pemisahan yang sungguh-sungguh tergantung pada kadar partikel padat dan derajat flokulasinya dan pada suatu waktu flokulasi kelihatan kasar akibat terjadi flokulasi. Dalam system terdeflokulasi, partikel terdispersi baik dan mengendap sendirian, tapi lebih lambat dari pada sistem flokulasi,
tapi partikel terdeflokulasi berkehendak membentuk sediaan atau
cake yang terdispersi kembali
(Ansel,
1989)
Dekripsi
Zat Aktif dan Preformulasi Bahan Eksipien
3.1 Na Benzoat (Anonim,
1995) (Raymond et al., 2009)
Pemerian
: Granul atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau praktis tidak berbau, stabil di udara.
Nama
Lain : Sodium benzoat
Struktur
Kimia :
Nama
Kimia : Natrium benzekarboksilat
Rumus
Molekul : C7H5NaO2
Berat
Molekul : 144,11
Kelarutan
: Mudah larut
dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih. Mudah larut dalam etanol
90%.
pH
larutan : 8
pH stabilitas : 2-5
Titik
Didih : -
Titik
Leleh : -
Wadah
dan Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup
rapat dan di tempat sejuk serta kering
Stabilitas : Larutan yang mengandung
air dapat disterilkan dengan autoclaving atau penyaringan.
Inkompatibilitas
: dengan gelatin, garam
besi, garam kalsium dan garam logam berat yang mengandung perak dan merkuri.
Sifat
Khusus : Zat pengawet
Koefisien
Partisi : -
3.2 Saccharin Sodium
(Anonim, 1995) (Rowe et al., 2009)
Pemerian : serbuk hablur putih; tidak berbau
atau berbau aromatic lemah; memiliki
rasa manis dengan rasa agak pahit setelah beberapa waktu.
Nama
Lain : Saccharin natrium
Nama Kimia :
1,2-
Benzisothiazol-3(2H)-satu 1,1- dioksida
Struktur Kimia :
Rumus
Molekul : C7H4 HNaO2 S
Berat
Molekul : 205,16
Kelarutan
: Agak sukar
larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter; larut dalam air mendidih;
sukar larut dalam etanol mudah larut dalam ammonia encer.
pH
Larutan : 6,6
pH Stabilitas : 2-6,6
Titik
Leleh : -
Titik
Didih : Terdekomposisi selama pemanasan
Wadah
dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Stabil dalam rentang kondisi normal dalam formulasi.
Hanya saja ketika dalam kondisi suhu tinggi (125ºC) dengan pH rendah <2,
maka selama lebih dari 1 jam akan terjadi dekomposisi.
Inkompatibilitas
: Tidak mengalami pencoklatan maillad
Sifat
Khusus : -
Koefisien
Partisi : -
3.3 FD & C
Red (MSDS, 2016)
Pemerian : Bahan cair; berwarna merah
Nama
lain : -
Nama kimia :
-
Struktur kimia : -
Rumus Molekul : -
Berat molekul : -
Kelarutan : larut dalam air dingin dan etanol
pH
stabil : -
Titikdidih
/ leleh : - / Terdekomposisi
Stabilitas : Tidak menunjukkan reaktivitas dengan air
Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, kering, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk dan dijauhkan dari panas tinggi.
Sifat khusus :
-
3.4 Raspberry (MSDS, 2016)
Pemerian : Cairan berwarna merah gelap
Nama
lain : -
Nama kimia :
-
Struktur kimia : -
Rumus Molekul : -
Berat molekul : -
Kelarutan : -
pH
Larutan : 2,9
Titikdidih
/ leleh : -
Stabilitas : Tidak menunjukkan reaksi yang signifikan dengan air
Inkompatibilitas : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
di tempat sejuk dan kering
Sifat khusus :
-
Koefisien partisi : -
3.5 Aquadest (PubChem, 2016) (Anonim, 1979)
Pemerian
:
Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
Nama
Lain :
Aqua, aqua purificata
Struktur
Kimia :
Nama
Kimia : Dihidrogen oksida
Rumus
Molekul : H2O
Berat
Molekul : 18,02
Kelarutan
: -
pH
: 7
Titik
Didih :
100◦C
Wadah
dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas
:
Stabil dalam semua kondisi
fisik (es, cair, uap).
Inkompatibilitas
: Dalam formulasi, air dapat
bereaksi dengan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis.
Sifat
Khusus :
-
Koefisien
Partisi : -
3.6 Glyserin
Pemerian : jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopis,memepunyai rasa manis 0,6x
sukrosa
Nama kimia : Propane-1,2,3-triol
Nam lain :
gliserol, gliserolum
Rumus molekul :C3H8O3
Berat Molekul : 92.09o
C
Struktur kimia :
Kegunanan :Pengawet antimikroba, pelarut, emolien, humektan, wetting agent
pH larutan :
-
pH stabilitas : -
Titik didih :
290 o C
Titik leleh : 17,8 o C
Kelarutan :
dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak dapat larut dalam
eter,
kloroform, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap
Stabilitas : Gliserin
bersifat higroskopis, gliserin murni tidak mengalami oksidasi oleh udara pada penyimpanan normal, namun
dapat terdekomposisi oleh panas,
menghasilkan akrolein yang sifatnya toksis, campuran gliserin dengan air, etanol dan propilen
glikol stabil secara kimia
Inkompatibilitas :Gliserin dapat
meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti kromium trioksida,
potasium klorat, atau kalium permanganat-nate. Dalam larutan encer, reaksi
berlangsung pada tingkat lebih lambat dengan beberapa produk oksidasi yang
terbentuk. Perubahan warna hitam jika gliserin terpapar terus-menerus oleh
cahaya, atau kontak dengan seng oksida nitrat atau dasar bismut.
Wadah & penyimpanan : disimpan dalam waah
kedap udara, di tempat yang sejuk dan kering
3.7 Xanthan Gum
Nama lain : Jagung gula permen karet
Pemerian : Serbuk putih
Rumus molekul : C35H49O29
Bobot molekul :
1x 106
pH larutan : 6-8
Titik didih : 270ºC
Koefisien partisi : -
Sifat khusus : -
Kelarutan : larut dalam air dingin dan air hangat ,
tidak larut dalam eter
Stabilitas : Stabil pada rentang 3-12, stabil pada suhu
10-6-, stabil pada asam basa dan enzim.
Inkompatibilitas : Inkompatibel pada surfaktan kation,
polimer, anionik menyebabkan pengendapan.
Struktur molekul :
3.8 Ibuprofen
Pemerian : Serbuk hablur, putih, berbau khas lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah
larut dalam etanol, metanol dan aseton dan dalam kloroform. Sukar latur dalam
etil asetat.
Khasiat : analgesik dan antipiretik
Nama lain : -
Nama kimia : 2-(p-isobutil fenil) asam propionat
Rumus molekul : C13H18O2
Bobot molekul : 206,28
pH : 1-7,5
titik didih dan titik leleh :-
Stabilitas : -
Inkompatibilitas :-
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Sifat khusus : -
Koefisien partisi :-
Struktur molekul :
Formulasi dan Rasionalisasi Formula
4.1 Formula
Bahan
|
% yang digunakan
|
Rentang
|
Fungsi
|
Ibuprofen
|
100 mg/5 ml
|
-
|
Bahan Aktif
|
Xanthan Gum
|
0,5%
|
0,1-0,5%
|
Suspending agent
|
Na benzoat
|
0,2 %
|
0,1-0,5 %
|
Pengawet
|
Saccharin Sodium
|
0,6%
|
0,075-0,6%
|
Pemanis
|
Gliserin
|
10%
|
<30%
|
Pembasah (humektan)
|
FD & C Red
|
q.s
|
-
|
Pewarna
|
Perasa Raspberry
|
q.s
|
-
|
Perasa
|
Air
|
Ad 60ml
|
-
|
Pelarut
|
4.2 Rasionalisasi Formula
Sediaan yang akan dibuat pada praktikum ini adalah suspensi ibuprofen 100 mg/5 mL. Ibuprofen ini digunakan sebagai bahan aktif
yang dibuat dalam bentuk suspense karena
ibuprofen merupakan obat
yang kelarutannya kecil atau praktis tidak larut dalam air. Sehingga dibuat dalam bentuk sediaan suspensi agar bahan aktif
ibuprofen dapat stabil dalam sediaan cair. Ibuprofen dalam sediaan suspense ini digunakan sebagai bahan aktif dengan menggunakan suspending agent xanthan gum sebanyak 0,5%
dengan rentang 01,0,5%. Xanthan gum digunakan sebagai suspending agent karena dapat meningkatkan viskositas dari suspensi sehingga pengendapan dapat diperlambat. Selain itu, digunakan gliserin sebagai humektan sebanyak
10% dengan rentang menurut(HOPE,2009)
yaitu<30% untuk
mengurangi sudut kontak dari ibuprofen agar dapat terbasahi dan tercampur
dengan air.
Kemudian digunakan pengawet Na Benzoat sebanyak 0,2% berdasarkan rentang menurut (HOPE,2009) yaitu 0,02-0,5%. Digunakan pengawet karena sediaan mengandung air yang mudah ditumbuhi oleh mikroba. Digunakan
Na Benzoat karena pH stabil nya antara 2-5 karena berada pada rentang pH bahan aktif
ibuprofen yaitu 1-7,5 (Pharmaceutical codex:934).
Selanjutnya digunakan saccharin sodium pada sediaan suspense sebanyak
0,075-0,6%. Digunakan saccharin
sodium karena apabila menggunakan sorbitol konsentrasinya
70% dan sukrosa 67% memiliki jumlah yang banyak sehingga digunakan saccharin sodium. Untuk meningkatkan aseptabilitas, digunakan FD&C Red
sebagai pewarna dan raspberry sebagai perasa secukupnya
Penimbangan
Nama Bahan
|
Volume
|
1 Botol (60ml)
|
5 Botol (305ml)
|
Ibuprofen
|
100 mg
|
1,2 g
|
6,3 g
|
Xanthan gum
|
0,3 g
|
1,575 g
|
|
Na Benzoat
|
0,126 g
|
0,63 g
|
|
Gliserin
|
6 ml
|
63 ml
|
|
Saccharin sodium
|
0,36 g
|
1,89 g
|
|
Air
|
Ad 60 ml
|
Ad 315 ml
|
|
Perasa Rasberry
|
q.s
|
q.s
|
|
FD & C Red
|
q.s
|
q.s
|
ji
Mutu Sediaan Farmasetika Sediaan Akhir
8.1
Evaluasi Organoleptik
Prinsip : Mengevaluasi organoleptik sampel meliputi
rasa, warna dan aroma
Tujuan : Untuk mengetahui rasa, warna dan aroma
Metode :
1. Warna : Dengan melihat keseuaian warna
dengan pewarna yang digunakan (FD&C Red)
2. Rasa
: Dengan melihat kesesuaian
rasa dengan perasa (Rasberry) dan pemanis (Sakarin Natrium) yang digunakan
3. Aroma
: Dengan mencium aroma suspensi
Penafsiran
Hasil : Warna, rasa dan aroma sesuai dengan perasa, pewarna dan aroma yang
digunakan (FI IV 1995, hal 1030)
8.2
Evaluasi Penetapan Bobot Jenis
Prinsip : Mengukur bobot jenis sediaan suspensi
dengan piknometer
Tujuan : Mengetahui bobot jenis sediaan suspensi
Metode :
1. Diukur
piknometer kosong, piknometer + air pada suhu 25oC
2. Diukur
pikbometer + sampel
3. Hitung
bobot jenis dengan rumus
Penafsiran Hasil :
Bobot jenis = ( piknometer + sampel ) – piknometer kosong
( piknometer + air ) - piknometer kosong
(FI IV 1995, hal 1030)
8.3
Penetapan pH
Prinsip : Harga pH adalah harga muncul pada pH meter
dengan electro indicator
Tujuan : Mengetahui pH sediaan akhir
Metode : menunjukkan
pH sesuai dengan pH stabil zat aktif
1. Digunakan
pH meter yang dikalibrasi
2. Lakukan
disuhu 25oC ± 2oC kecuali dinyatakan pada masing-masing
monografi
Penafsiran
Hasil : Harga pH dilihat dari pH meter yang menunjukkan pH yang sesuai dengan
pH stabil zat aktif yakni pH stabilitas ibuprofen sebesar 3,6-4,8 ( FI IV
1995, hal 1039)
8.4
Uji Pengukuran Viskositas
Prinsip : Mengukur kekentalan sediaan suspensi
Tujuan : Mengetahui kekentala sediaan suspense
Metode : Kekentalan
diukur dengan mengkalibrasi alat menggunakan cairan yang sudah diketahui
viskositasnya, kemudian kekentalan cairan uji ditetapkan dengan membandingkan
teradap kekentalan cairan yang telah diketahui
Penafsiran Hasil :
kekentalan sediaan suspensi, sama dengan kekentalan yang telah diketahui
viskositasnya
8.5
Uji Homogenitas
Prinsip : Diamati visual susunan partikel yang
terbentuk dari sediaan akhir
Tujuan : Untuk mengetahui hoogenitas sediaan akhir
yang dibuat
Metode :
1. Sampel
dia ambil dari berbagai tempat ( atas, bawah, tengah ) setelah itu di kocok
2. Sampel
diteteskan pada gelas obyek dan diratakan dengan kaca objek lain sehingga
terbentuk lapisan tipis
3. Diamati
homogenitas dari ketiga sampel
Penafsiran
Hasil : susunan partikel dari ketiga sampel terdispersi merata dan homogen
8.6
Uji Kemampuan Redispersi
Prinsip : Diamati secara visual dan dihitung
banyaknya pengocokan pada sediaan
Tujuan : Mengetahui waktu yang di buthkan sediaan
sspensi ntuk redispersi sediaan yang dibentuk
Metode : Sediaan yang
sudah mementuk sedimen dikocok dengan tangan. Titik akhirnya adalah jika pada
dasar tabung tidak lagi terdapat endapan
Penafsiran Hasil : Kemampuan redispersi baik bila
suspense telah terdispersi sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30
detik
8.7
Uji Volume Sedimentasi
Prinsip : Diamati secara visual volume pengendapan
sediaan suspensi setelah beberapa hari
Tujuan : mengetahui kestabilan suspense dalam bentuk
sedimen
Metode :
1. Sediaan
dimasukkan dalam tabung yang berskala
2. volume
yang di isikan merupakan volume awal (Vo)
3. setelah
beberapa waktu/hari diamati volume sediaan yang terbentuk (Vu)
4. hitung
volume sedimentasi F=
Penafsiran Hasil :
1. F
= 1 merupakan sediaan yang baik
2. F
> 1 terjadi floc yang sangat longgar sehinggs volume sediaan > volume
akhir
3. Formula
suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis lurus / sedikit curam
Tabel Pengamatan
|
||
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Disiapkan alat dan bahan
|
Alat da bahan disiapkan
|
2.
|
Botol di tara 60 ml sebanyak 5
buah
|
Di dapat botol yang sudah di
tara 60 ml
|
3.
|
Ditara beaker glass 315 ml dan 31,5 ml
|
Di dapat beaker glass 315 untuk
total sediaan dan 31,5
ml untuk Gliserin
|
4.
|
Didihkan air untuk xanthan gum 157,5 ml kemudian didinginkan
|
Di dapat air panas sebanyak 157,5 ml kemudian didinginkan
|
5.
|
Ditimbang xanthan gum 1,575 gram
|
Didapatkan xanthan gum 1,575 gram
|
6.
|
Diambil air yang sudah didinginkan dan dimasukkan kedalam mortir,
Xanthan gum didispersikan kedalam air à Aduk ad homogen
|
Didapatkan campuran Xanthan gum yang homogen + kental
|
7.
|
Ibuprofen ditimbang 6,3g
|
Di dapat ibuprofen sebanyak 6,3
g
|
8.
|
Diambil Gliserin 31,5 ml
|
Didapat Gliserin 31,5 ml
|
9.
|
Ibuprofen dibasahi dengan Gliserin à aduk ad homogen
|
Ibuprofen terbasahi dan didapatkan campuran ibuprofen + Gliserin yang
homogen.
|
10.
|
Xanthan gum dan (10) dicampur ad homogen
|
Didapat campuran xanthan
gum+ibuprofen
|
11.
|
Ditimbag Na benzoate sebanyak
0,63g
|
Didapat Na benzoat sebanyak
,63g
|
12.
|
Na benzoate dilarutkan 1,134ml
air aduk ad larut
|
Na benzoate larut
|
13.
|
Ditimbang saccharin sodium
1,89g
|
Didapat Saccharin sodium 1,89g
|
14.
|
Saccharin sodium dilarutkan
dalam 2,268ml air aduk ad larut
|
Saccharin sodium larut
|
15.
|
Campur Na benzoat dan saccharin
sodium +(10)
à Aduk ad homogen
|
Larutan telah tercampur homogen
|
16.
|
Ditambahkan aquadest add 315 ml
|
Didapatkan suspensi ibuprofen 315 ml
|
17.
|
Dilakukan uji evaluasi sediaan
|
Pembahasan
Berdasarkan
pembuatan Suspensi
Ibuprofen 100mg/5mL, didapatkan
hasil berupa, pada uji organoleptik, warna suspensi adalah kuning
pucat, rasa manis. Rasa manis berasal
dari pemanis yang digunakan yaitu saccharin sodium,
Bau yang dihasilkan adalah seperti bau tepung. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
spesifikasi yang sudah ditetapkan
dimana warna dan rasa nya kuning pucat dan hanya berasa manis. Hal
tersebut terjadi karena pada sediaan tidak di tambahkan pewarna dan perasa
rasberry karena suatu hal. Sediaan suspensi berasa manis dan rasa pahit dari
bahan aktif ibuprofen tidak terasa. Hal
tersebut dapat terjadi karena penggunaan pembasah pada sediaan ini adalah
gliserin yang dapat juga digunakan sebagai pemanis. Sediaan suspensi
ibuprofen memiliki konsistensi agak kental namun masih bisa dituang. Hasil
uji organoleptik ini tetap tidak ada perubahan, artinya sediaan eliksir stabil
secara organoleptik.
Untuk uji pH
didapatkan hasil pH rata-rata suspensi yaitu 4,71
± 0,063 dimana pada pengecekan pH pertama: 4,76, kedua 4,65 dan ketiga 4,76. Hasil ini sesuai dengan spesifikasinya yaitu pH pada
rentang 3,5-5,0. Rentang pH tersebut diperoleh dari rentang pH antimokroba yang
digunakan yaitu Na Benzoat antara 2,5 – 4,0 serta dari pH bahan aktif yaitu
1-7,5 . Untuk memperoleh pH sesuai rentang dilakukan test pH, dimana pH awal
suspensi adalah 5 yaitu maksimal pH jika dilihat dari spesifikasi yang
ditetapkan. Agar mencapai rentang pH yang diinginkan yaitu pH asam maka
dilakukan penambahan asam sitrat sehingga pH sediaan suspensi semakin turun
dan berada pada rentang pH yang diinginkan.
Selanjutnya dilakukan uji homoenitas untuk mengetahui
apakah sediaan suspensi sudah merata (homogen) atau masih terdapat gumpalan.
Setelah diamati secara visual, sediaan suspensi yang dibuat homogen. Kemudian
dilakukan pengujian volume terpindahkan dimana spesifikasinya adalah volume rata-rata
yang diperoleh tidak kurang dari 100% dan volume perbotol tidak ada yang
kurang dari 95% atau setiap botol ±5ml. Setelah dilakukan penuangan pada
gelas ukur, botol 1 : 60ml, botol 2:
60ml, botol 3: 61ml, botol 4: 62ml, botol 5: 63ml. Dari masing-masing volume
sediaan masih sesuai dengan spesifikasi. Volume botol 3,4 dan 5 lebih dari
60ml karena setelah menuangkan sediaan botol 2 tidak semuanya tertuang (masih
ada sisa) pada akhirnya terkumulasi dengan sediaan yang dituang berikutnya.
Sehingga volumenya lebih dari 60ml.
Ada beberapa alasan pembuatan
suspense oral. Salah satunya adalah karena obat – obattertentu tidak stail
secara kimia apabila ada dalam larutan, tetapi stabil bila disuspensi. Dalam
hal ini suspense oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi
dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai daripada bentuk
padat (tablet atau kapsul dari obat yang biasa), karena mudahnya menelan
cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah untuk
memberikan dosisi yang relative besar, aman, mudah diberikan untuk anak –
anak, selain itu juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Kerugian
dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak apabila diberikan dalam
bentuk larutan dkan tidak terasa bila diebrikan sebagai partikel yang tidak
larut dalam suspense. Nyatanya untuk obat yang tidak enak rasanya telah
dikembangkan bentuk – bentuk kimia khusus menjadi bentuk yang tidak larut
dalam pemerian yang diiinginkan sehingga didapatkan sediaan cair yang rasanya
enak.
Berbagai faktor yang terlibat dalam laju dari
kecepatan mengendap partikel – partikel suspense tercakup adalam persamaan
hukum Stoke’s.Dari
persamaan tersebut jelas bajwa kecepatan jatuhnya suatu partikel yang
tersuspensi lebih besar bila ukuran partikel lebih besar, jika semua factor
lain dibuat konstan, dengan mengurangi ukuran partikel dari dase terdispersi,
seseorang dapat mengharapkan laju tutun lebih lambat dari partikel tersebut.
Juga makin besar kerapatan partikel makin besar laju turunnya, asalkan
kerapatan pembawa tidak diubah. Karena umumnya digunakan pembawa air dalam
suspesi farmasi untuk pemberian oral, kerapatan partikel umumnya lebi besar
daripada kerapatan pembawa, suatu sifat yang diinginkan, karena bila partikel
– partikel lebih ringan dari pembawa, partikel – partikel cenderung untuk
engambang dan partikel – partikel9ni sangat sukar didstribusikan secaa
seragam dalam pembawa.
Laju endap dapat berkurang cukup
besar dengan menaikkan viskositas memdium disperse dan dalam batas – batas
tertentu secara praktis ini bisa dilakukan. Tetapi suatu produk yang
mempunyai viskositas tinggi uumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan
juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila viskositas suspense
dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sampai viskositas sedang saja
untuk menghindari kesulitan – kesulitan seperti yang telah disebutkan tadi.
Sifat khas biskositas dari
suspense dapat diubah tidak hanya dengan penggunaan pembawa, tetapi juga
dengan kandungan yang ada padanya. Sebagaimana proporsi dari partikel padat
dinaikkan dalam suspense, maka begitu pula viskositanya. Viskositas dari
preparat farmasetik dapat ditentukan dengan menggunakan viscometer
Brookfield, yang mengukur viskositas dengan gaya yang dibutuhkan untuk
memutar poros dalam cairan yang diuji.
Kebanyakan stabilitas fisik dari
suatu suspense sediaan farmasi kelihatannya paling cocok untuk disesuaikan
dengan mengadakan perubahan pada fase trdispersi dan bukan pada medum
disperse. Dalam banyak hal, medium disperse menyokong fase terdispersi yang
disesuaikan tersebut. Penyesuaian ini terutama mengenai ukuran partikel,
keseragaman ukuran paerikwl dan pemisahan partikel – partikel tersebut
sehingga tidak mungkin untuk mejadi lebih besar dan membentuk padatan bila
didamkan.
Dalam pembuatan suatu suspense
ahli farmasi arus mengetahui dengan baik karakteristikm fase terdispesi
mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah dibasahi
oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Obat – obat lain tidak dipenetrasi
denan mudah oleh pembawa tersebut dan mmpunyai kecenderungan untuk bergabung
menjadi satu dan mengambang diatas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir,
serbuk mula – mula harus dibasahi dulu dengan apa yang disebut dengan zat pembasah agar serbuk
tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium disperse. Alcohol, gliserin, dan
cairan higroskopis lainnya digunakan sebaga zat pembasah bila suatu pembawa
air akan digunakan sebagai fase pendispersi. Bahan – bahan tersebut berfungsi
menggantikan udara di celah – celah partikel, mendisperiskan partikel
tersebut dan kemudian menyebabkkan terjadinya penetrasi medum disperse ke
dalam serbuk. Dalam pembuatan suspense skala besar, zat pembasah dicampur
dengan partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid.
Pengukuran
bobot
jenis
Hasil ujimassa jenis pada
suspense ibuprofen telah dilampirkan pada perhitungan diatas, bahwa ketiga
formula suspense ibuprofen tidak memenuhi syarat massa jenis suspense yaitu
1.00g/cm3 karena pada suspense ibuprofen didapatkan bobot jenis rata-rata 0,0408 g/L ± 0,0018. . Pada sediaan
suspense, jika pembawa yang digunakan adalah air, maka massa jenis yang
dihasilkan umumnya lebih besar daripada massa jenis pembawanya dan merupakan
sifat yang diharapkan. Penerimaan massa jenis pada masing – masing formula
terjad seriring dengan bertambahnya waktu penyimpanannya. Perubbahan massa
jenis pada sediaan suspense dapat disebebkan oleh terjadinya ketidakseragaman
disribusi bahan penyusun suspensi.
Pengukuran
volume sedimentasi
Volume sedimentasi pada suspense
dengan pelarut air akan menurun ketika konsentrasi ion meningkat.adanya
perubahann konsentrasu ion ini disebabkan oleh adanya perubahan pH. Dalam sediaan suspensi ibuprofen didapatkan sediaan
yang stabil karena memiliki volume sedimentasi dengan nilai F = 1.
Pengamatan
waktu redispersi
Pengamatan tidak dapat dilakukan karena tidak ada sedimentasi yang
terbentuk sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan dalam keadaan stabil
selama 4 hari penyimpanan
Kesimpulan
Dari
praktikum ini dapat disimpulkan bahwa diperoleh sediaan berwarna kuning pucat, berasa manis, dan
berbau xanthan gum dengan
konsistensi yang kental, hal ini disebabkan karena kadar xanthan gum yang
kurang tepat. Dari segi stabilitas, sediaan stabil untuk organoleptiknya.
Dari segi sedimentasi, tidak terbentuknya sedimentasi pada sediaan yang
disebabkan karena konsistensi sediaan yang dapat dikatakan sediaan stabil.
Daftar Pustaka
Ansel,
H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI Press.
Anonim, 2016. Consentrasion
of xanthan gum for suspending agent. www. jungbunzlauer.com, diakses 31 Maret 2016
Anonim,
1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III.
Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim,
1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV.
Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Connors,
K. A., Amidon, G. L. and Stella, V. J. 1986. Chemical Stability of
Pharmaceutical, New York : John Willey
and Sons.
PubChem, 2016. Aquadest. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/. Diakses tanggal 31 maret 2016.
Rowe,
R.C., PJ. Sheshky, dan ME. Quinn.
2009. Pharmaceutical Design. London
: Pharmaceutical Press.