LAPORAN
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLID
VITAMIN
C 250 mg DENGAN METODE KEMPA LANGSUNG
Kelompok
5A
Wardah Az Zahrah 145070507111003
Margareta Puspita K 145070501111011
Nur Aisyah
Widya Ningrum 145070501111021
Machrozi
Alfian 145070501111029
Siti
Hartinah Munawaroh 145070501111031
PROGRAM
STUDI FARMASI
FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
1.
Tujuan
a. Mahasiswa
mampu mencari sumber pustak yang tepat dan memperoleh informasi yang dibutuhkan
untuk proses preformulasi
b. Mahasiswa
mampu membandingkan eksipien yang sesuai
c. Mahasiswa
mampu menyusun formula untuk metode pembuatan yang dipilih
d. Mahasiswa
mampu melakukan perhitungan komponen formula
e. Mahasiswa
mampu mengidentifikasi dan menetapkan parameter untuk mengatur alat pengempa
tablet
f. Mahasiswa
mampu melakukan pengujian dan inenganalisis hasil evaluasi spesifikasi tablet
(penampilan tablet, keseragaman bobot, diameter/ketebalan tablet, kekerasan,
kerapuhan, waktu hancur, disolusi)
2.
Pendahuluan
A.
Definisi sediaan tablet
Tablet adalah sediaat padat kompak, dibuat secara kempa
cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok
(Depkes RI, 1979).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan tablet dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).
B.
Persyaratan sediaan tablet
Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sediaan
tablet yang baik, antara lain :
1.
Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat
pentabletan, pengemasan, transportasi, dan penggunaannya. Untuk itu, perlu
dilakukan uji kekerasan dan kerapuhan tablet, meskipun persyaratan kekerasan
dan kerapuhan tablet tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia (persyaratan
non-kompendial).
2.
Kadar obat harus terpenuhi, sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam Farmakope Indonesia.
3.
Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif didalam
tablet, sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam Farmakope Indonesia.
4.
Memenuhi uji ketersediaan hayati. Pada tahap awal, kecepatan
dan banyaknya obat yang dilepaskan dari tablet, dapat ditentukan oleh waktu
hancur tablet.
5.
Penampilan yang baik dan menarik, oleh karena itu sering kali
diperlukan bahan pewarna , perasa, dan pemberi aroma.
6.
Dapat mempertahankan
sifat-sifatnya, yaitu tablet harus tetap akseptabel, aman dan manjur
bila digunakan. (Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)
C.
Keuntungan sediaan tablet
Bentuk sediaan tablet memiliki beberapa keuntungan,
antara lain adalah sebagai berikut :
Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dengan
kecepatan produksi yang sangat tinggi sehingga harganya dapat relatif lebih
murah.
1.
Tablet memiliki ketepatan dosis dalam tiap tablet atau dalam
tiap unit pemakaian.
2.
Tablet lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karen
aberada dalam bentuk kering dengan kadar air yang rendah.
3.
Tablet mudah dalm pengemasan (blister atau strip) dan
transportasi.
4.
Tablet dapat dibawa dengan mudah oleh pasien.
5.
Bau, rasa dan warna yang tidak menyenangkan pada tablet dapat
ditutupi melalui penyalutan tablet.
6.
Tablet dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa
bantuan tenaga medis.
7.
Dibandingkan dengan kapsul, tablet lebih tamperproff (sulit
dipalsukan).(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)
D.
Kerugian sediaan tablet
Selain keuntungan yang dimiliki oleh sediaan tablet,
juga terdapat beberapa kerugian bentuk sediaan tablet, antara lain:
1.
Bahan aktif dengan dosis besar dan tidak kompresibel sulit
dibuat tablet karena tablet yang dihasilkan akan memiliki bobot atau bentuk
tablet yang besar sehingga tidak berterima.
2.
Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit
terbasahi, tidak larut, serta disolusi yang kurang baik.
3.
Mula kerja obat (onset of action) sediaan tablet lebih lambat
dibandingkan dengan sediaan parenteral (injeksi), larutan oral dan kapsul.
4.
Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat
kedalam tablet sangat kecil.
5.
Kesulitan menelan pada anak-anak, pasien dengan sakit parah
dan pasien usia lanjut. (Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)
E.
Komponen sediaan tablet
Komponen-komponen dalam formulasi tablet kempa terdiri
atas zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, disintegran, dan lubrikan.
Selain itu, tablet juga dapat mengandung bahn pewarna dan lak (bahan warna yang
diabsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan
aroma dan bahan pemanis.
1.
Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau
sulit dikempa. Contohnya, laktosa, pati, kalsium fosfat dwibasa, dan selulosa
mikrokristal.
2.
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massaa serbuk
sewaktu digranulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Misalnya gom
akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati, dan
lain-lain.
3.
Bahan penghancur (disintegran) membantu tablet agar hancur
setelah ditelan. Contohnta pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara
kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-silang.
4.
Bahan lubrikan mengurangi gesekan selama proses pengempaan
tablet dan berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya
campuran senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati
terhidrogenasi dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik.
5.
Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan
mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses
granulasi, misalnya silika pirogenik kolodial.
6.
Bahan pewarna dan lak ditambahkan untuk mengikat nilai
estetika atau untuk memberi identitas produk. (Syamsuni, 2006)
Keuntungan metode cetak langsung adalah sebagai
berikut:
1.
Metode cetak langsung merupakan tahap produksi tablet yang
paling singkat.
2.
Keperluan akan alat, ruangan, waktu dan daya manusia lebih
sedikit.
3.
Dapat meningkatkan disintegrasi zat aktif (waktu hancur
tablet menjadi lebih cepat) karena tablet langsung mengalami distegrasi menjadi
tablet.
4.
Metode cetak langsung dapat mengeliminasi panas dan lembap,
yang terjadi pada proses pembuatan dengan granulasi basah dan mengeliminasi
terjadinya tekanan tinggi seperti yang terjadi pada proses pembuatan dengan
metode granulasi kering.
Disisi lain, kekurangan metode cetak langsung adalah
sebagai berikut:
1.
Harga bahan tambahan yang dibutuhkan cukup mahal karena
membutuhkan eksipien yang memiliki sifat alir, kompresibilitas, serta ikatan
antarpartikel yang baik.
2.
Bahan aktif dan bahan tambahan harus memiliki ukuran partikel
yang mirip agar tablet yang dihasilkan mempunyai keseragaman kandungan yang
baik.
3.
Kesulitan untuk mendistribusikan zat aktif yang berdosis
tinggi dengan kompresibilitas buruk. (Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)
3.
Preformulasi
a.
Asam Askorbat (Depkes,2012) (Rowe,2009)
·
Pemerian : hablur atau
serbuk putih atau agak kuning oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi warna
gelap.
Dalam keadaan kering, stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur
pada suhu kurang lebih 190ºC.
·
Nama Lain : Vitamin C
·
Nama Kimia : L-Asam Askorbat
·
Struktur Kimia :
·
Berat Molekul :
176,13
·
Rumus Molekul : C6H8O6
·
Kemurnian : Asam
askorbat mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 100,5 % C6H8O6
·
Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol tidak larut dalam eter dan dalam benzen
·
Stabilitas : oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi warna
gelap. Dalam keadaan kering stabil diudara, dalam larutan dapat teroksidasi
dalam bentuk asam askorbat relatif stabil dalam udara tidak stabil dalam
larutan alkali
·
Inkompatibilitas : dengan larutan alkalis logam berat da
bahan peroksida fenilefirin, HCl, pirilamin inealat, salisilamit, NaNO3,
natrium salisilat, teobromin, salisilat
·
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan tidak
tembus cahaya
b.
Laktosa (Rowe,
2009)
·
Pemerian : Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau
putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil diudara, tetapi mudah
menyerap bau.
·
Nama Lain : Anhydrous Lactose NF 60M; Anhydrous Lactose NF Direct Tableting; Lactopress Anhydrous;
lactosum; lattioso; milk sugar; Pharmatose DCL 21; Pharmatose DCL 22;
saccharum lactis;
Super-Tab
Anhydrous
·
Nama Kimia :O-b-D-galactopyranosyl-(1!4)-b-D- glucopyranose [63-42-3]
·
Struktur Kimia :
·
Rumus Kimia : C12H22O11
·
Berat Molekul : 342,3
·
Kemurnian :Laktosa anhidrat yang mengandung anhidrat
b-laktosa dan anhidrat a-laktosa.
·
Kelarutan : mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter
·
pH stabil : -\
·
Inkompatibilitas : Anhidrat laktosa tidak kompatibel dengan oksidasi kuat. campuran
yang mengandung leukotrien antagonis hidrofobik dan laktosa
anhidrat atau laktosa monohidrat disimpan selama enam minggu di
40 C dan 75%
RH, campuran mengandung anhidrat. laktosa menunjukkan lebih besar
penyerapan kelembaban dan degradasi obat. Penelitian juga menunjukkan bahwa
dalam campuran roxifiban asetat (DMP-754) dan laktosa anhidrat, kehadiran laktosa anhidrat mempercepat
hidrolisis ester dan amidine
kelompok.
·
Stabilitas :
Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada kondisi lembab (80% RH dan di
atas). Laktosa dapat mengembangkan warna coklat pada penyimpanan,
reaksi yang dipercepat oleh hangat, lembab kondisi. Pada 80
C dan 80% RH, tablet mengandung laktosa anhidrat telah ditunjukkan untuk memperluas 1,2 kali
setelah satu hari. (2)Anhidrat laktosa harus disimpan di sebuah sumur tertutup kontainer
di tempat yang sejuk dan kering.
c.
Talk (FI III, hal. 591)
·
Nama Bahan Obat : Talcum/Talk
·
Pemerian : serbuk hablur sangat halus,
putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran
·
Warna : putih
·
Rasa : tidak berasa
·
Bau : tidak berbau
·
Nama Kimia : Magnesium Silikat Hidrat Alam
·
Struktur Kimia : -
·
Berat Molekul : -
·
Kemurnian : -
·
Kelarutan :
praktis tidak larut dalam larutan asam/basa, pelarut organik dan air
·
Stabilitas :
stabil dan dapat disterilkan pada suhu 160oC
·
Inkompatibilitas :
ammonium kwartener
·
Kegunaan :
pelincir
·
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
d.
Amilum (Rowe,2009)
·
Nama Bahan Obat : Amilum
·
Pemerian : serbuk halus, tidak berasa,
tidak berbau, putih
·
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air
dingin dan etanol 95%
·
Berat molekul :
·
Rumus molekul : C6H10O5
·
Nama Kimia : Pati
·
Struktur Kimia :
·
Berat Molekul : -
·
Kemurnian : -
·
Stabilitas :
amilum dalam keadaan kering dan tidak dipanaskan stabil jika terlindung dari
kelembapan tinggi. Larutan atau pasta amilum yang dipanaskan tidak stabil
secara fisik dan mudah ditumbuhi mikroorganisme. Harus disimpan dalam wadah
kedap udara pada tempat kering dan sejuk
·
Inkompatibilitas : -
·
Fungsi :
Pengisi tablet, penghancur tablet (3-15% b/b) pengikat tablet (5-25% b/b), glidan
·
Wadah dan penyimpanan : wadah kedap udara pada tempat kering
dan sejuk.
4.
Usulan
Formula, Formula Utama, Formula Alternatif, dan Rasionalisasi Formula
4.1 Usulan Formula
(Formula yang digunakan)
Vitamin
C 50mg
Talk 2%
Amylum
15%
Latose ad 100%
4.2 Formula Utama
Vitamin
C 50mg
Silica 1%
Talk 1%
Perasa qs
Pewarna qs
Lactose ad 100%
4.3 Formula Alternatif
Vitamin
C 50mg
Silica 1%
Talk 1%
Croscarmellose
sodium 2%
Lactose ad 100%
4.4 Rasionalisasi Formula
Vitamin C atau asam askorbat merupakan
zat aktif yang digunakan pada percobaan membuat tablet kempa langsung. Vitamin
C berkhasiat sebagai skorbat, defisiensi vitamin C serta antioksidan. Pada
pembuatan dengan kempa langsung, vitamin C digunakan sebanyak 50mg setiap
tabletnya dengan masing masing bobot tablet 250mg. Sehingga dalam 1 tablet
vitain C mengandung 50/250 x 100% = 20%.
Lactose digunakan ad 100% sebagai
pengisi sekaligus pengikat agar talet tidak mudah hancur. Dalam metode kempa
langsung sangat dibutuhkan pengikat karena tidak adanya proses ranulasi saat
pembuatan tablet. Lactose memiliki sifat alir yang lebih baik dibandingkan
dengan bahan avicel.
Talk digunakan sebagai lubrikan dan
glidan untuk meminimalisir adanya gesekan antara dinding die punch selama
pengempaan berangsung. Sehingga tablet yang dihasilkan memiliki permukaan yang
halus. Amylum sebanyak 15% digunakan sebagai disintegran daam pembuatan tablet.
5.
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Mesin pencetak tablet
|
Asam Askorbat (50 mg)
|
Disintegration tester
|
Talk 2% (500 mg)
|
Friability tester
|
Amilum 15% (3,75 gram)
|
Hardness tester
|
Laktosa ad 100% (15,75 gram)
|
Jangka sorong
|
Kertas Perkamen
|
Neraca Analitik
|
|
Ayakan
|
|
Gelas ukur 100 mL
|
|
Tumbler
|
|
Sudip
|
|
Sendok tanduk
|
|
6.
Perhitungan
a. Vitamin C
Jumlah Tablet = 100 tablet
Bobot 1 tablet = 50 mg
Bobot 1 batch = 50 mg x 100 = 5 gram
b. Talk (2%)
Bobot 1 tablet = 0,02 x 250 mg = 5 mg
Bobot 1 batch = 5 mg x 100 = 500 mg
c. Amilum (15%)
Bobot 1 tablet = 0,15 x 250 mg = 37,5
mg
Bobot 1 batch = 37,5
mg x 100 = 3,75 gram
d. Lactosa (ad 100%)
Bobot 1 tablet = 250 mg – (50 mg+5 mg+37,5 mg)
= 157,5
mg
Bobot 1 batch = 157,5 mg x 100 = 15,75 gram
7.
Prosedur
8.
Evaluasi
dan Hasil
a. Bobot jenis
1. Bobot jenis nyata
Alat
|
:
|
Gelas Ukur
|
Prosedur
|
:
|
Ditimbang 10 gram serbuk (W0), dimasukkan ke gelas
ukur 100 ml, catat volume (V). Hitung BJ Nyata dengan persamaan
BJ Nyata = Wo/ V g/ml
|
Interpretasi Hasil
|
:
|
-
|
|
|
|
2. Bobot jenis mampat
Alat
|
:
|
Gelas Ukur
|
Prosedur
|
:
|
Ditimbang 10 gram serbuk (W0), dimasukkan ke gelas
ukur 100 ml. Berikan ketukan sebanyak 500 kali, catat volume (Vt). Hitung BJ
Nyata Mampat dengan persamaan
BJ Mampat = g/ml
|
Interpretasi Hasil
|
:
|
-
|
|
|
|
|
3.
Porositas
Alat
|
:
|
Gelas Ukur
|
Prosedur
|
:
|
Ditimbang 10 serbuk, masukkan ke dalam gelas ukur
dan dicatat V nya. Kemudian serbuk dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan
dengan alat uji, catat V uji sebelum (Vp) dan Volume setelah dimampatkan
dengan pengetukan 500 kali (Vb)
|
Perhitungan
|
:
|
e
= I - ,
dimana
Vp (Volume Bulk)
= V suatu serbuk dalam gelas ukur
Vb (Volume
sebenarnya) = V suatu serbuk setelah dimampatkan
|
Interpretasi Hasil
|
:
|
Nilai e tidak lebih dari 40%
|
4.
Kompresibilitas
Alat
|
:
|
Gelas Ukur
|
|||||||||||||||
Prosedur
|
:
|
Ditimbang 10 serbuk, masukkan ke dalam gelas ukur
dan dicatat V nya. Kemudian serbuk dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan
dengan alat uji, catat V uji sebelum (Vo) dan Volume setelah dimampatkan
dengan pengetukan 500 kali (Vf)
|
|||||||||||||||
Perhitungan
|
:
|
I = x 100 % , dimana
Vo = V suatu
serbuk yang ada dalam gelas ukur
Vf = V suatu
serbuk yang dimampatkan
|
|||||||||||||||
Interpretasi Hasil
|
:
|
(FI IV, 1995)
|
|||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||
5. Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat
Uji
Kecepatan Alir
Alat
|
:
|
Corong Uji Sifat Alir
|
||||
Prosedur
|
:
|
Timbang 25 gram serbuk. Tempatkan pada corong alat,
Uji waktu alir dalam wadah tertutup, buka penutupnya. Biarkan granul
mengalir, catat waktu dengan stopwatch
|
||||
Persyaratan kecepatan mengalir (secara
langsung) :
|
||||||
Interpretasi Hasil
|
:
|
Kecepatan alir serbuk > 10 g/detik
|
Uji Sudut Istirahat
Alat
|
:
|
Penggaris
|
||||
Prosedur
|
:
|
Pada pengukuran sifat alir, granul ditampung pada
kertas grafik milimeter, catat tinggi (h) dan dimeter granul. Hitung sudut α
(sudut istirahat) menggunakan persamaan tan
α = (Lachman, hal 615)
|
||||
Persyaratan
rentang sudut istirahat dengan tipe aliran
|
||||||
Interpretasi Hasil
|
:
|
Sudut Istirahat serbuk tidak lebih dari 400
|
||||
|
|
|
PENGUJIAN MUTU PRODUK
JADI
1.
Keseragaman Bobot tablet (Depkes,1995)
Alat
|
:
|
Neraca analitik
|
Prosedur
|
:
|
Timbang 20 tablet, hitung bobot tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh ada tablet yang bobotnya menyimpang dari rentang yang
sudah ditentukan. Jika ada 1 tablet menyimpang, lakukan uji 20 tablet tambahan dengan
metode yang sama. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 tablet yang
menyimpang dari rentang yang sudah ditentukan.
|
Bobot rata - rata
|
Penyimpangan bobot (%)
A
|
Penyimpangan bobot (%)
B
|
< 25 mg
|
15
|
30
|
26 – 150 mg
|
10
|
20
|
151 – 300 mg
|
7,5
|
15
|
Ø
300 mg
|
5
|
10
|
Persyaratan
:
Tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari
pada kolom “a” dan tidak boleh ada 1 tablet yang menyimpang dari bobot rata –
rata lebih dari harga dalam kolom “b”
Keseragaman Ukuran
Tablet (Depkes,1995)
Alat
|
:
|
Jangka Sorong
|
Prosedur
|
:
|
Ambil 20 tablet, ukur diameter dan ketebalannya menggunakan jangka
sorong. Hitung rata-rata dan SD
|
Persyaratan
|
:
|
Diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak boleh kurang dari
1/3 tebal tablet
|
Interpretasi hasil
|
:
|
Ukuran tablet vitamin C sesuai dengan persyaratan
|
2.
Waktu hancur tablet (Depkes,1979)
Alat
|
:
|
Disintegrated Tester
Tabung gelas panjang 80 mm sampai 100 mm, diameter dalam tidak
lebih kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 m, ujung bawah dilengkapi
kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk
keranjang. Keranjang disisipkan searah di tengah-tengah tabung kaca, diameter
45 mm, dicelupkan ke dalam air bersuhu antara 36o dan 38o
sebanyak lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat
dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan kawat kasa pada posisi tertinggi
tepat di atas permukaan air dan kedudukan terendah mulut keranjang tepat di
permukaan air.
|
Prosedur
|
:
|
Masukkan 5 tablet ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang
secara teratur 30 kali tiap menit. Jika tablet tidak memenuhi syarat yang
ditentukan, ulangi pengujian menggunakan tablet satu per satu, kemudian
ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara
pengujian ini tablet harus memenuhi persyaratan.
|
Persyaratan
|
:
|
Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang
tertinggal di atas kaca, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut.
Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15
menit.
|
Interpretasi hasil
|
:
|
Uji Waktu Hancur tablet Vitamin C memenuhi persyaratan
|
3.
Kekerasan Tablet (Lachman, dkk., 2008)
Alat
|
:
|
Hardnes Tester
|
Prosedur
|
:
|
Menggunakan 10 tablet yang diuji, satu per satu diletakkan pada landasan
mesin uji kekerasan. Angka yang ditunjukkan pada skala menunjukkan kekerasan
tablet dalam satuan kg. Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg
|
Persyaratan
|
:
|
4 – 8 kg
|
Interpretasi hasil
|
:
|
Uji Kekerasan tablet vitamin C memenuhi rentang persyaratan
|
4.
Kerapuhan Tablet (Uji Friabilitas) (Susilowati, dkk., 2015)
Alat
|
:
|
Rhoche friabilitor
|
||
Prosedur
|
:
|
20 tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu. Kemudian
ditimbang (Wo), kemudian dimasukkan tablet ke dalam alat, kemudian jalankan
selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Setela 4 menit, hentikan alat, tablet
dikeluarkan, lalu dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1)
|
||
Indeks Friabilitas (f)
|
:
|
(W0-W1) x 100%
W1
|
||
Kerapuhan Tablet (Uji
Friksibilitas) (Susilowati, dkk., 2015)
Alat
|
:
|
Friksibilitator
|
||
Prosedur
|
:
|
20 tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu. Kemudian
ditimbang (Wo), kemudian dimasukkan tablet ke dalam alat, kemudian jalankan
selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Setela 4 menit, hentikan alat, tablet
dikeluarkan, lalu dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1)
|
||
Indeks Friksibilitas (f)
|
:
|
(W0-W1) x 100%
W1
|
||
Persyaratan : Tidak lebih dari 1%
9.
Pembahasan
10.
Kesimpulan
Dalam
praktikum kali ini dibuat sediaan tablet dengan zat aktif yaitu vitamin C
dengan metode kempa langsung , diguanakan metode kempa langsung dikarenakan Vitamin C tidak tahan pemanasan, stabil diudara
kering, kurang cocok dalam bentuk larutan karena cepat teroksidasi sehingga
tidak digunakan dengan metode granulasi basah, dan juga karena dosisnya yang
kecil ditambah dengan eksipien yang kompresibel dan mudah mengalir maka dapat
dibuat dengan metode kempa langsung. Dari sediaan dan evaluasi yang sudah dilakukan
, formulasi sediaan yang dipilih kurang tepat karena ada beberapa spesifikasi
yang tidak sesuai terutama kerapuhan tablet.
11.
Daftar
Pustaka
Anandita, Dipta, 2012, Packaging
Development at Pharmaceutical, www.centro.web.id, diakses tanggal 15 oktober 2016.
Anonim. 2009. USP 30-NF 25. United State of America
Kurniawan, D.W. dan Teuku Nanda S.S., 2012, Teknologi Sediaan
Farmasi, Laboratorium Farmasetika Unsoed, Purwokerto.
Farmasi, Laboratorium Farmasetika Unsoed, Purwokerto.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi keempat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Hadisoewignyo Lanie dan Fudholi Ahmad. 2013. Sediaan Solida. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta
HP. 1997. Pharmaceutical Process Control. USA: Hewlett-Packard
Company
Lachman, L., H. A. Lieberman., J. L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri 3rd Edition. Penerjemah: Siti
Suyatmi. Jakarta : UI Press
Lieberman, H. A., L. Lachman., J. B. Schwartz. 1989. Pharmaceutical Dosage Form : Tablets Volume 1.2nd edition. The
United States of American: Marcel Dekker, Inc
Rowe, Raymond; Sheskey,
Paul; dan Quinn, Marian. 2009. Handbook
of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London: Pharmaeutical Press
Syamsuni, H. 2006. Farmasetika
Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC: Jakarta
Syamsuni,
2007, Farmasetika Dasar dan
Hitungan Farmasi, EGC Press, Jakarta