Kamis, 05 Mei 2016

SEDIAAN EMULSI



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SEMI SOLID
MODUL 3 : SEDIAAN EMULSI

KELOMPOK 1
MARIKA MAULUDIYAH                          (145070500111007)
ADIBAH NUR MAISAROH                       (145070501111003)
NADIA KHANSA’                                       (145070501111013)
ADISTI MEGA PUTRIANAH                     (145070501111023)
WINFIKA WIBISONO PUTRI                    (14507050111102  )
WARDAH AZ ZAHRAH                             (145070507111003)
AGUNG PEBRIAN RAMADANI               (145070507111007)

JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016


I.              Tujan Praktikum
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu agar mahasiswa mampu merancang formula sediaan emulsi, agar mahasiswa mampu membuat dan melakukan evaluasi sediaan emulsi, dan agar mahasiswa mampu menganalisa pengaruh jenis emulgator dan HLB terhadap stabilitas emulsi.

II.           Dasar Teori
Emulsi adalah suatu system koloid yang fase terdispersinya dan medium pendispersinya berupa cairan yang tidak bercampur minyalnya minyal dalam air atau air dalam minyak. Karena kedua fase tersebut tidak dapat bercampur, keduannya akan terpisah. Untuk menjaga emulsi tersebut stabil perlu ditambahkan emulgator atau zat pengemulsi (emulsifying agent) (Sumardjo, 2009). Emulsi terdiri dari sua jenis, minyak dalam air dan air dalam minyak. Disebut minyak dalam air jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawanya. Sedangkan air dalam minyak jika air atau larutan air yang merupakan faseterdispersi dan minyak atau bahan yang mengandung minyak merupakan fase pembawa (Depkes RI, 1995).
Secara umum, emulsi terdiri dari komponen dasar dan komponen tambahan. Komponen dasar terdiri dari fase dispers yaitu zat cair yang terbagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain, fase luar yaitu zat cair yang berfungsi sebagai pendukung emulsi, dan emulgator yang menstabilkan emulsi. Sedangkan komponene tambahan meliputi preservative yaitu metil dan propil paraben, asam benzoate, asam sorbet, dll. Dan antioksidan contohnya yaitu asam askorbat , asam sitrat, L. tocoperol, propil galat, dan asam galat (Sarasmita, 2010).
Syarat emulgator adalah molekul-molekulnya mempunyai afinitas terhadap kedua cairan yang membentuk emulsi. Daya afinitasnya harus parsial atau tidak sama terhadap kedua cairan tersebut. Salah satu ujung eulgator larut dalam cairan yang satu, sedangkan ujung yang lain hanya membentuk lapisan tipis (selapis molekul) di sekeliling atau di atas parmukaan cairan yang lain (Sumardjo, 2009).
HLB (Hidrophilic Lipophilic Balance) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara grup hidrofil dan lipofil pada surfaktan. Angka HLB yag berbeda menunjukkan perbedaan sifat surfaktan. HLB digunakan sebagai petunjuk memilih suatu emulgator untuk berbagai macam kegunaan. Emulgator dengan HLB rendah cocok untuk emulsi w/o (water in oil), sedangkan yang mempunyai HLB tinggi cocok untu o/w (oil in water). Selain itu HLB digunakan untuk menunjukkan sifat dan fungsi yang berbeda (Broto, 2010).
Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari suatu sediaan emulsi pada penyimpanan. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui pengamatan secara organoleptis (rasa, bau, warna, konsistensi). Pengamatan secara fisika dapat dilakukan dengan menguji rasio pemisahan fase, viskositas, redispersibilitas, uji tipe emulsi, ukuran globul fase dalam, sifat aliran. Pengamatan secara kimia bisa dilakukan dengan pengukuran pH, secara biologi yaitu angka cemaran mikroba (febrina, 2007). Penentuan tipe emulsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan uji kelarutan zat warna dan uji pengenceran. Uji kelarutan zat warna dapat dilakukan dengn menambahkan sudan III, bila terlarut maka tipe emulsi w/o. sedangkan bila ditambahkan metilen blue, bila terlarut maka sediaan tersebut merupakan tipe emulsi o/w (Uli, 2014).


III.        Deskripsi Zat Aktif Dan Preformulasi Bahan Eksipien
IV.        Formula dan Rasionalisasi formula
a.         Formula
Nama Bahan
Rentang
Konsentrasi yang digunakan
Fungsi bahan
VCO
30%
157,7 ml
Zat aktif
Protosorb 0-20
RHLB = 5
0,6279 g
Emulgator
Sorbitan Oleat
 RHLB = 5
9,87105
Emulgator
Natrium Metabisulfit
0,01% - 1%
0,8%
Pengawet
BHT
0,5% - 1,0%
0,8%
Pengawet
aquadest
Ad
307,34 ml
Pelartut

b.        Rasionalisasi Formula
Dalam percobaan ini dipakai zat aktif yakni VCO 30 %, yang memiliki ph berkisar antara 5 – 8 (MSDS,2014). Namun salah satu kelemahan penggunaan VCO yaitu sifatnya yang mudah tenggik karena terdekomposisi menjadi CO atau CO2 (MSDS,2014).
Nilai HLB emulgator menunjukan sifat lipofilisitas dan hidrofilisitas dari emulgator. Dari nilai tersebut diketahui protasorb O-20 atau tween 80 lebih bersifat hidrofil dibandingkan sorbitan oleat atau span 80. Sehingga dapat diketahui bahwa tween 80 dapat ditambahkan pada fase air sedangkan span 80 dapat ditambahkan pada fase minyak. Hal ini sesuai dengan data kelarutan tween 80 yang larut air (Rowe dkk., 2009) dan span 80 yang larut dalam minyak (Rowe dkk., 2009).
Pada pembuatan emulsi bahan yang digunakan akan dilakukan pelebihan jumlah bahan sebesar 5%. Fungsi dari perlebihan bahan ini adalah untuk mempertahankan kualitas sediaan akhir agar tidak terjadi kekurangan volume dari tiap botol. Mengiat kuantitas sediaan akhir tidak selalu tepat 100% akibat adanya bahan yang melekat pada alat yang dipakai selama formulasi. Pelebihan ini juga berfungsi untuk persiapan dilakukannya uji sediaan.
Fase minyak dalam emulsi ini yaitu VCO memiliki sifat mudah teroksidasi sehingga mudah menjadi tengik dan mengurangi akseptabilitas sediaan untuk itu diperlukan penambahan antioksidan BHT sebesar 0,8 %, konsentrasi BHT ini berdasarkan data penggunaan BHT menurut Rowe dkk (2009) Untuk penambahan BHT sendiri dilakukan saat emulsi sudah dingin, hal ini agar antioksidannya tidak kehilangan aktivitas karena BHT incompatible dengan pemanasan dan cenderung menjadi tidak aktif (Rowe dkk., 2009).
Dalam formula juga ditambahkan emulgator untuk meningkatkan stabilitas emulsi, mengingat emulsi terdiri dari dua fasa yakni fase minyak dan fase air yang tidak saling campur., sehingga cenderung tidak stabil. Adapun nilai RHLB (HLB butuh) emulgator formula diatas ditentukan sebesar 5, apabila dilihat dari nilai HLBnya kecenderungan tipe emulsi yang akan terbentuk adalah air dalam minyak (w/o) dimana berdasarkan (Miranti,2009) HLB 3 – 6 cenderung membentuk sistem emulgator w/o. adapun tipe emulsi  w/o ini merupakan emulsi untuk pemakaian luar, salah satunya sebagai emollient atau pelembab, mengingat kandungan bahan atif VCO telah dikenal luas sebagai pelembab dan baik untuk kesehatan dan kecantikan (Miranti,2009).
Tween 80 dan span 80 sendiri termasuk kedalam surfaktan anionic dan dipilih mengingat mekanismenya yang menurunkan tegangan permukaan dengan efek iritasi yang lebih rendah pada membrane mukosa. Tween dan span dikombinasi dimaksudkan untuk dapat memperoleh nilai HLB tertentu, dimana dalam percobaan ini dipakai nilai HLB sebesar 5. Apabila dipakai hanya satu jenis emulgator saja kita tidak akan dapat memodifikasi nilai HLBnya sehingga kemampuan emulgator menstabilkan emulsi tidak maksimal (Rowe dkk., 2009).
Untuk penambahan pengawet pada pembuatan sediaan emulsi disini dipilih Natrium metabisulfit, karena memiliki range ph 3.5 – 5 (Rowe dkk., 2009) sehingga masih compatible dengan sediaan yang akan dibuat . Natrium metabisulfit selain dapat digunakan sebagai pengawet juga dapat berfungsi sebagai antioksidan dengan kadar 0,01 – 1 %  (Rowe dkk., 2009). Digunakan pada praktikum ini sebanyak 0.8%.


V.           Perhitungan
VI.        Penimbangan bahan
Nama Bahan
Untuk 1 botol (100 ml)
Untuk 5 botol (525 ml)
VCO
30 ml
157,5 ml
Protasorb O-20
0,6542
3,435 gram
Sorbitan Oleat
9,3458
49,065 gram
BHT
0,8 ml
4,2 ml
Na Metabisulfit
0,8 ml
4,2 ml
Aquadest
61,32 ml
306,6

VII.     Prosedur Pembuatan
VIII.  Uji mutu Farmasetik Sediaan akhir
1.      Evaluasi Organoleptis
·      Tujuan      : Untuk mengetahui kesesuaian produk akhir dalam hal bau, rasa dan warna dengan bahan-bahan yang digunakan dalam proses formulasi
·      Prinsip      : Menguji bau, rasa dan warna menggunakan indera
·      Metode     :
o   Warna       = Mengamati warna sediaan akhir apakah sesuai dengan pewarnaan yang digunakan
o   Bau           = Dibandingkan aroma/bau sediaan akhir dnegan pengaroma yang digunakan
o   Rasa          = Dapat diketahui dengan cara membandingkan rasa dan sediaan akhir dnegan perasa yang digunakan dengan cara mencoba sampel
·         Penafsiran Hasil   : Bau = tidak tengik, aroma kelapa
                               Warna = putih susu
                               Konsistensi = kental
                               Tekstur = lembut
2.      Uji Volume Terpindahkan
·                                                     Tujuan  : Mengetahui dan memastikan bahwa volume terpindahkan dari emulsi sama dengan volume yang sudah tertera di etiket pada saat dipindahkan ke wadah lain
·      Prinsip          : Mengukur volume sediaan emulsi dari masing-masing botol di gelas ukur
·      Metode         : Dituang ke botol dari tiap botol secara perlahan ke dalam gelas ukur. Untuk menghindari adanya gelombang udara pada waktu penuangan maka ditunggu hingga ± 30 menit. Jika sudah dituang, maka dilakukan pengukuran volume tiap wadah. Volume rata-rata tiap wadah sebesar tidak kurang dari 100%, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume etiket (Depkes RI, 1995).
·      Penafsiran Hasil     : Volume rata-rata tiap botol tidak kurang dari 100% dimana volume tiap wadah tidak kurang dari 95%
3.      Uji Penetapan Bobot Jenis
·                                                     Tujuan  : Membandingkan ebrat jenis sedfar akhir dengan berat jenis emulsi secara teoritis
·                                                     Prinsip  : Ditetapkan dnegan menggunakan alat piknometer, selanjutnya bereat jenis dihitung dengan berat jensi yang telah ditentukan (Depkes RI, 1995).
·                                                     Metode : digunakan piknometer bersih, kering dan telah dikase untuk menetapkan bobot piknometer kosong dan bobot didalam piknometer pada suhu 25oC. Zat uji dimasukkan ke piknometer pada suhu 20oC. Piknometer diatur hingga suhu 25oC dengan sisa zat uji dituang lalu ditimbang. Bobot jenis dihitung dengan rumus (Depkes RI, 1995):

·         Penafsiran Hasil :-
4.      Uji Homogenitas :
·           Tujuan        : Untuk mengetahui distribusi partikel/granul dalam suatu emulsi
·           Prinsip        : Secara masal partikel diamati dari sediaan akhir, sebgian sampel diamati di gelas objek dan dilihat secara visual
·           Metode       : Pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak pada sediaan yang lebih dikocok (bagian atas, tengah, bawah). Sampel diteteskan di helas objek dan diratakan dengan kaca/gelas objek lain sehingga terbentuk lapisan tipis. Susunan yang dibentuk diamati secara visual (Depkes RI, 1995).
·         Penafsiran Hasil : Susunan partikel yang diamati sudah homogen
5.      Uji Penetapan pH
·           Tujuan        : Untuk mengetahui kadar pH sediaan akhir dengan membandingkan dengan pH sediaan akhir secara teoritis
·           Prinsip        : Diukur dengan pH meter yang telah dibakukan sebagaimana mestinya sehingga mampu mengukur harga pH sampai 0,02 untuk pH menggunakan elektroda indikator
·           Metode       : Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Ph meter. Sebelumnya pH meter dibakukan terlebih dahulu kemudian dibersihkan dengan aquades dan dilap dengan tissue. pH meter dimasukkan ke dalam emulsi yang sudah jadi hingga pH sesuai dengan rentang yang diharapkan. Apabila tidak sesuai maka harus diadjust pH dengan menggunakan larutan yang sesuai.
·                   Penafsiran Hasil : 5-8 (MSDS, 2008)
6.      Uji Penerapan Tipe Emulsi
·      Tujuan          : Mengetahui tipe emulsi yang dibuat, membandingkan tipe emulsi awaln pada formulasi dengan sediaan akhir yang terbentuk
·      Prinsip          : Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan 2 cara, yaitu uji kelarutan zat warna dan uji pengenceran (Martin, 1990):
·                Metode            :
o   Uji Kelarutan Zat Warna (Martin, 1990)
1.                Digunakan zat warna yang larut air, seperti metilen blue/biru brilliant CFC
2.                Zat warna diteteskan pada permukaan emulsi
3.                Apabila zat warna berdifusi homogen pada fase eksternal berupa air maka tipe emulsi adalah o/w. Jika zat warna tampak sebagai tetsan difase internal maka tipe emulsi w/o
4.                Hal sebaliknya akan terpadu apabila digunakan zat warna sudan III (larut lemak)
o     Uji Pengenceran (Martin, 1990)
1.                Dilakukan dengan mengencerkan emulsi dengan air
2.                Jika emulsi tercampur baik dengan air maka tipe emulsi o/w dan sebaliknya
·         Penafsiran Hasil        :
o   Uji kelarutan zat warna : Tampak sebagai tetesan difase internal. Dominan untuk fase luar (w/o).
o   Uji pengenceran : tidak tercampur baik dengan air
7.      Uji Viskositas dan Aliran
·      Tujuan        : untuk mengetahui viskositas (kekentalan) serta sifat alir dari sediaan emulsi akhir
·      Prinsip        : Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer yang telah dikalibrasi dan dilakukan penetapan harga viskometer, k untuk setiap viskometer kemudian ditentukan kekentalan cairan uji dengan rumus dan dapat ditentukan sifat air berdasarkan grafik uji viskositas (Depkes RI, 1995).
·         Metode           :
1.      Dilakukan penetapan harga viskometer k, dengan mengisi tabung sejumlah tertentu minyak
2.      Garis meniskus cairan diatur dalam tabung kapiler hingga garis graduasi teratas dengan bantuan cairan/pengisap
3.      Buka kedua tabung pengisi dan tabung kapiler agar cairan dapat mengalir bebas kedalam wadah melawan tekanan atmosfer
4.      Dicatat waktu yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas atas hingga batas bawah tabung kapiler
5.      Hitung konstanta viskometer k dengan rumus :


Keterangan :
V = Kekentalan cairan yang diketahui
d = Bobot jenis cairan uji
t = Waktu mengalir caira (detik)
·           Penafsiran Hasil : Kekentalan sediaan sesuai; tidak terjadi ketidakstabilan emulsi
8.      Uji/Evaluasi Kejernihan
·           Tujuan        : Untuk mengetahui apakah ada zat pengotor yang ikut bercampur dalam sediaan akhir emulsi
·           Prinsip        : Membandingkan kejernihan sediaan akhir dengan air/pelarut yang digunakan
·           Metode       : kejernihan dilihat dengan menggunakan tabung reaksi yang dimasukkan zat uji dan zat padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar dengan volume larutan dalam tabung reaksi setinggi tepat 40 mm. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit dengan latar belakang hitam. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya terdifusi, tegak lurus kearah bawah tabung. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan II. Sehingga suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan (Depkes RI, 1995).
·           Penafsiran Hasil : Jernih dalam artian emulsi tidak terlihat pengotor dalam sediaan emulsi
9.      Uji Metode Freeze Thawing
·         Tujuan            : Mengetahui ketidakstabilan emulsi yaitu kriming
·                                                      Prinsip  : Memberkan paparan suatu ekstrim pada emulsi selama 10 siklus
·                                                          Metode          : Emulsi ditempatkan didalam gelas ukur dan ditutup kemudian disimpan pada kondisi dipaksakan (kondisi dipercepat) yaitu pada suhu bergantian 4oC dan 40oC masing-masing selama 12 jam dengan 10 siklus, volume kriming yang terbentuk diamati setiap siklus hingga siklus ke 10 (Rahama, 2013)
·         Penafsiran Hasil : Tidak terbentuk kriming

IX.        Tabel pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan
No
Prosedur
Hasil
1.
Alat dan bahan disiapkan. Alat dicuci hingga bersih
Alat dan bahan sudah siap dan bersih digunakan
2.
Ditara beaker glass 525 ml ; 157,5 ml ; 7,5 ml ; 22 ml ; 306,6 ml.
Didapatkan beaker glass yang telah ditara 525 ml ; 157,5 ml ; 7,5 ml ; 22 ml ; 306,6 ml
3.
Diambil VCO 150 ml di beaker glass yang telah ditara
Didapatkan VCO 150 ml di beaker glass
4.
Diambil span 80 dengan menggu-nakan cawan porselen sebanyak 49,065 gram
Didapatkan span 80 dengan massa 49,065 gram pada cawan porselen
5.
Diambil tween 80 dengan menggu-nakan cawan porselen sebanyak 3,435 gram
Didapatkan tween 80 sebanyak 3,435 gram pada cawan porselen
6.
Diambil aquadest dengan menggunakan beaker glass sebanyak 306,6 ml
Didapatkan aquadest sebanyak 306,6 ml pada beaker glass
7.
Diambil dan ditimbang Na Metabi-sulfit sebanyak 4,2 gram dengan menggunakan neraca analitik
Didapatkan Na Metabisulfit sebanyak 4,2 gram
8.
Ditimbang BHT sebanyak 4,2 gram dengan menggunakan neraca analitik
Didapatkan BHT sebanyak 4,2 gram
9.
(3) + (4) à diaduk ad homogen pada hot plate dengan suhu 70 C
Didapatkan campuran VCO dan span 80 yang homogen pada suhu 70 C
10.
(5) + aquadest sebanyak284,6 ml pada beaker glass à diaduk ad homogen
Didapatkan larutan tween 80 dan aquadet yang homogen
11.
(7) + aquadest sebanyak 22 ml à diaduk ad homogen
Didapatkan larutan Na Metabisulfit yang homogen
12.
(8) + VCO sebanyak 7,5 ml à diaduk ad homogen
Didapatkan campuran VCO dan BHT yang homogen
13.
(10) + (11) à diaduk ad homogen dengan dipanaskan pada suhu 70 C diatas hot plate
Didapatkan campuran larutan tween 80 dan Na Metabisulfit yang homogen dengan suhu 70C
14.
(13) + (9) à dicampur dan diaduk dengan stirrer dengan kecepatan 500 rpm selama ±30 menit
Didapatkan campuran emulsi fase minyak dan fase air yang homogen
15.
(14) à ditunggu hingga dingin
Didapatkan sediaan emulsi yang dingin dan stabil
16.
(15) à dilakukan uji mutu sediaan akhir lalu dipindahkan ke dalam 5 botol @ 100 ml
Didapatkan emulsi dalam 5 botol @ 100 ml

Tabel 2. Hasil Uji Mutu Sediaan Akhir
No.
Parameter
Spesifikasi
Hasil Pengamatan
1.
Organoleptis
Warna : Putih
Bau : Tidak tengik, aroma kelapa
Konsistensi : Kental
Tekstur : Lembut
Warna : Putih
Bau : Tidak tengik, aroma kelapa
Konsistensi : Kurang kental
Tekstur : Lembut
2.
Tipe Emulsi
Water in oil
Water in oil
3.
pH
5 – 9
5,3
4.
Bobot jenis

0,9652 g/cm3
5.
Volume terpindahkan
Tidak lebih dari100%, tidak kurang dari 95%
V1 : 100 ml
V2 : 100 ml        100%
V3 : 100 ml
6.
Homogenitas
Homogen
Homogen, tidak pecah
7.
Kejernihan
Tidak ada pengotor
Tidak ada pengotor
8.
Uji Freeze Thawing
Stabil, tidak mengkristal
Breaking, tidak mengkristal
pH=3,52

Tabel 3. Hasil Pengamatan Sediaan Hari ke-3, 4, dan hari ke-6
Hari, Tanggal
Pengamatan
Senin, 7 Maret 2016
Warna : Putih susu
Bau     : Wangi Kelapa
Aceptabilitas    : Encer
Stabilitas :Breaking
Selasa, 8 Maret 2016
Warna : Putih susu
Bau     : Agaktengik, Kelapa
Aceptabilitas    : Encer
Stabilitas : Breaking
Kamis, 10 Maret 2016
Warna : Putih susu
Bau     : Tengik
Aceptabilitas    : Encer
Stabilitas : Breaking
Tipeemulsi : water in oil
pH : 3,78

X.           Pembahasan
XI.        Kesimpulan
               Sediaan emulsi VCO 30%  menggunakan emulgator tipe surfactant yaitu span 80 dan tween 80 yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan air sehingga mudah menyatu dan menjadi stabil. Nilai RHLB sediaan sebesar 5, yang menunjukkan sifat zat pengemulsi yang digunakan akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak. Dari hasil percobaan formulasi sediaan dapat disimpulkan bahwa sediaan emulsi yang dibuat telah stabil berdasarkan uji organoleptik, uji volume terpindahkan, uji homogenitas, uji bobot jenis. Tipe emulsi juga didapatkan sesuai dengan formulasi yang diinginkan. Sedangkan untuk ph sediaan mengalami penurunan. Sediaan mengalami breaking yang menunjukkan adanya ketidakstabilan dalam penyimpanan.

XII.     Daftar Pustaka
Anonim, 2008, MSDS VCO, Uniquema, USA
Anonim. 2005. MSDS of SorbitanOleate, USA
Broto, wisnu. 2010. Hidrophilic- Lipophilic Balance (HLB). Undip, Semarang
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Martin, A dkk. 1990. Farmasi Fisik. UI-Press. Jakarta.
Miranti, L., 2009, Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur dengan Basis Salep Larut Air, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Ruhama, M., 2013, Formulasi Krim Wajah dari Sari Buah dengan Variasi Konsentrasi Emulgator, Majalah Farmasi &Farmakologi : Vol 17, PP 17-20
Rowe, R.C., dkk., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed, Pharmaceutical Press, London
Sarasmita, Made Ary. 2012. Slide Ajar Kuliah Emulsi. Farmasi FK Udayana, Bali
Sumardjo, Damin. 2009. Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1Fakultas Bioekssakta. EGC, Jakarta