LAPORAN TEKNOLOGI
FARMASI SEDIAAN SEMI LIQUID
MODUL 2 : SEDIAAN SUSPENSI
Mg(OH)2 150mg/5ml dan Al(OH)3 200mg/5ml
Oleh
Kelompok 1A
Adibah
Nur Maisaroh 145070501111003
Nadia
Khansa 145070501111013
Marika
Mauludiyah 145070501111007
Adisti
Mega Putrianah 145070501111023
Winfika
Wibisono Putri 145070501111035
Wardah
Az Zahra 145070507111003
Agung
Febrian Ramadani 145070507111007
PROGRAM
STUDI FARMASI
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
2016
SEDIAAN SUSPENSI
Mg(OH)2 150mg/5ml dan Al(OH)3
200mg/5ml
I.
TUJUAN
Tujuan
dilakukannya praktikum ini agar mahasiswa mampu merancang formula sediaan
suspensi; agar mahasiswa mampu membuat dan melakukan evaluasi sediaan suspensi,
dan agar mampu menganalisa pengaruh bahan pensuspensi terhadap stabilitas
sediaan suspensi
II.
DASAR
TEORI
Suspensi adalah
sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair
dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk pemakaian oral.
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung
zat antimikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi, jamur.
Dengan beberapa pertimbangan penggunaan pengawet antimikroba juga berlaku untuk
suspense. Sesuai sifatnya partikel yang terdapat dalam suspense dapat mengendap
pada dasar wadah bila didiamkan. Pengendapan seperti ini dapat mempermudah
pengerasan dan pemadatan sehingga sulit terdispersi kembali, walaupun dengan
pengocokan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat ditambahkan zat yang sesuai
untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk gel suspense seperti tanah liat,
surfaktan, poliol, polimer atau gula. Yang sangat penting adalah bahwa suspense
harus dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang
merata dalam pembawa, sehingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat.
Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup baik (Anonim, 1995).
Banyak
pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan suatu suspense farmasi yang baik.
Disamping khasiat terapeutik, stabilitas kimia dari komponen komponen
formulasi, kelenggangan sediaan dan bentuk estetika dari sediaan. Sifat-sifat
yang diinginkan dalam semua sediaan farmasi dan sifat-sifat lain spesifik untuk
suspense farmasi ; suatu suspense farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap
secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok, karakteristik suspense harus
sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan
untuk yang lama pada penyimpanan, suspense harus mudah dituang dari wadah
dengan cepat dan homogen (Ansel, 1989).
III. DESKRIPSI ZAT AKTIF DAN
PREFORMULASI BAHAN EKSIPIEN
V. FORMULA DAN RASIONALISASI FORMULA
V. FORMULA DAN RASIONALISASI FORMULA
Formula
Bahan
|
Rentang
|
Konsentrasi yang
Digunakan
|
Fungsi Bahan
|
Al(OH)3
|
200 mg/5ml
|
200 mg/5ml
|
Bahan aktif
|
Mg(OH)2
|
150 mg/5ml
|
150 mg/5ml
|
Bahan aktif
|
Bentonit
Magma
|
0,5% - 5%
|
1%
|
Suspending agent
|
Gliserin
|
≤30%
|
30%
|
Wetting agent, perasa, pengawet
|
Menthol
|
0.003%
|
0.003%
|
Perasa
|
Aquadest
|
Ad 315 ml
|
Ad 315 ml
|
Pelarut
|
Rasionalisasi Formula
Dalam formulasi sediaan suspensi Mg
(OH)2 dan Al (OH)3 dilebihkan sebayak 5%, dengan tujuan
untuk mempertahankan kuantitas sediaan agar tidak terjadi kekurangan volume
tiap botol mengingat kuantitas sediaan akhir tidak selalu tepat 100 % sama
dengan formulasi hal ini disebabkan oleh faktor produksi dimana bahan – bahan
bisa saja ada yang menempel pada alat produksi dan menyebabkan berkurangnya
volume akhir sediaan.
Dalam
sediaan suspense ini digunakan bahan aktif yang memiliki sifat kelarutan yang
rendah dalam air, sehingga cocok dibuat sediaan suspensi (bukan bentuk sediaan
lain seperti sirup). Penggunaan
formulasi Mg(OH)2 dan Al(OH)3 bertujuan untuk menutupi efek samping yang
ditimbulkan dimana Mg(OH)2 mengakibatkan diare, sedangkan Al(OH)3 menyebabkan
konstipasi. Sediaan suspense memiliki kelebihan
dalam hal dapat meminimalkan rasa tidak enak sediaan dengan menambah perasa
seperti menthol.
Untuk
memperoleh suatu sediaan yang stabil dalam suspensi perlu ditambahan suspending
agent yang akan meningkatkan viskositas sediaan agar laju pengendapan menjadi
rendah dan sediaan lebih stabil. Adapun untuk formula digunakan suspending
agent bentonit magma. Bentonit merupakan suspending agent yang membutuhkan
waktu selama 24 jam untuk mengembang sempurna. Dalam pembuatannya bentonit
menggunakan air sebanyak 20x atau terdapat 5% bentonit dalam mucilagonya. Dalam
formula ini digunakan konsentrasi bentonit sebanyak 1% sehingga dalam satu botoh terdapat 0.6 gram bentonit. Air yang
digunaan untuk bentonit sebanyak 12ml dalam satu botol (Rowe ,2009).
Suspensi
ini juga mengandung pelarut yaitu aquades yang berpotensi ditumbuhi
mikroorganisme yang akan mempengaruhi stabilitas sediaan. Oleh sebab itu perlu
ditambah pengawet. Dalam formula ini digunakan gliserin dengan konsentrasi yang
tinggi untuk pengawet. Gliserin juga digunakan sebagai pemanis dan wetting
agent. Sediaan ini dianggap perlu juga diberi wetting agent untuk memodifikasi
sudut kontak sehingga bahan aktif dapat terbasahi sempurna oleh pelarut.
Gliserin dipilih karena sifatnya yang tidak rentan mengalami oksidasi pada
suasana basa dan stabil dengan kadar 30
% sebagai wetting agent, pemanis dan pengawet. Selain itu, gliserin diharapkan
juga berfungsi untuk menambah viskositas sediaan sehingga mudah dituang dan
menambah aksestabilitas sediaan. (Rowe ,2009).
Pediaan
perlu juga ditambahkan pengaroma untuk meningkatkan akseptabilitas sediaan.
Adapun bahan yang dipilih adalah menthol dengan rasa segar dan aroma yang khas
untuk menutupi rasa tidak enak sediaan. Menthol sendiri tidak larut dalam air,
sehingga perlu dilarutkan pelarut yang sesuai. Pada formula ini digunakan
gliserin sebagai pelarut menthol dengan perbantingan 1:1000. ( Rowe ,2009).
VI.
PERHITUNGAN
VII.
PENIMBANGAN
Bahan
|
/5ml
|
/60ml
|
/300ml
|
Mg(OH)2
|
0,15 g
|
1,8 g
|
9,45 g
|
Al(OH)3
|
0,2 g
|
2,4 g
|
12,6 g
|
Bentonit
|
0,05 g
|
0,6 g
|
3,15 g
|
Gliserin
|
1,5 ml
|
18 ml
|
94,5 ml
|
Menthol
|
0,00015 g
|
0,0018 g
|
0,00945 g
|
Aqua
|
ad 5 ml
|
ad 60ml
|
ad 315ml
|
VIII.
PROSEDUR
KERJA
IX.
UJI
MUTU FARMASETIK SEDIAAN AKHIR
1. Evaluasi
Organoleptis
·
Tujuan : Untuk mengetahui kesesuaian produk akhir
dalam hal bau, rasa dan warna dengan bahan-bahan yang digunakan dalam proses
formulasi
·
Prinsip : Menguji bau, rasa dan warna menggunakan
indera
·
Metode :
o
Warna = Mengamati warna sediaan akhir apakah
sesuai dengan pewarnaan yang digunakan
o
Bau = Dibandingkan aroma/bau sediaan
akhir dnegan pengaroma yang digunakan
o
Rasa = Dapat diketahui dengan cara
membandingkan rasa dan sediaan akhir dnegan perasa yang digunakan dengan cara
mencoba sampel
·
Penafsiran Hasil : Bau = menthol
Warna = putih susu
Rasa = menthol
Konsistensi = cukup kental
2. Evaluasi Berat Jenis
a. Tujuan
: untuk mengetahui berat jenis sediaan akhir apakah sudah sesuai dengan berat
jenis berdasarkan dengan teoritis atau literature.
b. Prinsip
: ditetapkan berat jenis dengan piknometer dan hasil pengukuran dihitung dengan
rumus yang telah ditentukan dalam satuan g/mL.
c. Metode
: Penetapan berat jenis menggunakan piknometer bersih, kering dan telah
dikalibrasi pada suhu ruang. Kemudian diukur piknometer yang telah berisi
sampel. Hasil pengukuran dihitung dengan rumus :
Kecuali
dinyatakan lain, dalam monografi keduanya ditetapkan dalam suhu ruang yaitu
25°C ( Anonim, 1995).
d. Penafsiran hasil :
2. Uji
Sentrifugasi
a. Tujuan
: untuk memisahkan suspense dengan volume yang sedikit dan memiliki partikel
yang halus
b. Prinsip
: Prinsip sentrifugasi adalah pemusingan yang cepat menghasilkan gaya
sentrifugal lebih besar dari gaya grafitasi, akibatnya partikel-partikel
tersuspensi akan mengendap di dasar tabung, selanjutnya filtrat di dekantasi
(dituang atau di pipet secara hati-hati).
c. Metode
: Tabung sebagai wadah suspensi
dikunci pada gagang atau rotor untuk mengitari sebuah alat atau mesin pemutar.
Batang vertikal di tengahnya diputar dengan motor listrik. Batang itu berputar
dengan sangat cepat. Tabung akan mengayun dengan cepat tetapi mulut tabung
tetap menghadap ke tengah. Sentrifugasi yang terkecil dapat memutar dengan
kecepatan 2.000 putaran/menit (rpm).
d. Penafsiran
Hasil : suspensi dapat mengendap di dasar tabung
b.
Penetapan pH
Prinsip : Harga pH adalah harga yang
diberikan oleh pH meter
Tujuan : Mengetahui pH sediaan
menggunakan alat pH meter
Prosedur : a. Menggunakan alat
potensiometer atau pH meter yang
terkalibrasi
b.
Pengukuran dilakukan pada suhu 25C ± 2C kecuali dinyatakan lain pada
masing-masing monograf
Penafsiran hasil : pH sesuai dengan
pH stabil zat aktif
d. Homogenitas
Prinsip : Dengan mengamati partikel yang
terbentuk dari sediaan akhir secara Visual
Tujuan : Mengetahui homogenitas sediaan
akhir yang telah dibuat
Prosedur : Sampel diambil dengan berbagai
tempat, setelah suspense dikocok lalu sampel dioleskan pada gelas objek dan
ditutup dengan gelas objek lainnya sehingga terbentuk lapisan tipis, susunan
yang terbentuk diamati secara visual dan diraba dengan jari
Penafsiran
hasil : Terbentuk lapisan yang homogeny
e. Uji volume terpindahkan
Prinsip : Menguji volume sampel
Tujuan
: Untuk mengetahui bahwa
volume sediaan yang dipindahkan dari wadah uji sesuai dengan volume yang
tertera pada etiket
Prosedur : a. Menuang isi perlahan-lahan dari
tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah kapasitas gelas ukur tidak lebih
dari dua setengah kali volume yang
diukur, dan telah dikalibrasi dan secara hati-hati untuk menghindari
pembentukan gelembung udara
b. Didiamkan ± 30 menit
c. Mengukur volume dari tiap campuran
Penafsiran
hasil: Volume rata-rata yang diperoleh tidak kurang dari 100 % dan tidak ada
satu pun wadah yang kurang dari 95 % dari yang tertera pada etiket
f. Waktu redispersi
Prinsip : Dilakukan pengocokan pada tabung secara
mekanik dengan kecepatan 20 rpm dan
diperhatikan hingga tidak terjasi endapan, bila dilakukan dengan mengocok dalam wadahnya
Tujuan : Untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan suspense untuk redispersi
Metode : Ditentukan dengan cara mengocok
sediaan dalam wadahnya atau dengan
pengocok mekanik. Bila menggunakan pengocok
mekanik, suspensi tidak tersedimentasi ditempatkan ke silinder
pertingkat 100ml. Dilakukan pengocokan diputar 360 derajat dengan kecepatan 20
rpm. Titik akhirnya apabila dasar tabung tidak terdapat endapan.
Penafsiran
hasil: Pengocokan dengan waktu 30 detik
g. Evaluasi hasil sedimentasi
Prinsip : Perbandingan antar volume (Vo)
sediaan dengan asal (Vo) sebelum terjadi
pengendapan semakin besar nilai V semakin baik
suspendibilitasnya
Tujuan : Mengetahui kestabilan suspense
dalam membentuk suspensi
Metode : a. Sediaan dimasukkan ke dalam
tabung sedimen yang berskala
b. Volume yang diisikan
merupakan volume awal (Vo)
c. Setelah beberapa waktu/hari diamati volume
akhir yang terjadi
sedimentasi volume akhir tersebut diukur Vu
d.
Hitung volume sedimentasi (F) F dapat dinyatakan dalam % yaitu F=Vu/Vo x 100 %
Penafsiran
hasil : Bila F=1 dinyatakan sebagai flocculating, equilibrium merupakan sediaan
yang baik mendekati 1, bila F > 1 terjadi floc sangat longgar dan halus
sehingga volume akhir lebih besar dari volume awal maka perlu ditambah zat
tambahan
X.
TABEL HASIL PENGAMATAN
No
|
Prosedur
|
Hasil
|
1.
|
Alat dan bahan
disiapkan. Alat dicuci hingga bersih
|
Alat dan bahan
sudah siap digunakan
|
2.
|
Ditara beaker
glass 315 ml, 94,5 ml dan 10 ml
|
Didapatkan
beaker glass yang telah ditara
|
3.
|
Botol ditara
masing-masing 60 ml
|
Didapatkan
botol yang sudah ditara 60 ml
|
4.
|
Bentonit
ditimbang sebanyak 3,15 gram dengan menggunakan timbangan analitik
|
Didapatkan
bentonit sebanyak 3,15 gram
|
5.
|
Aqua calida
diukur sebanyak 63 ml dengan beaker glass yang sudah ditara
|
Didapatkan aqua
calida 63 ml
|
6.
|
Aqua calida
dimasukkan ke dalam mortir
|
Didapatkan
mortar berisi aqua calida
|
7.
|
Bentonit
ditaburkan sedikit demi sedi-kit ke mortar yang berisi aqua calida
|
Bentonit
tersebar merata diatas air dalam mortar
|
8.
|
Aduk ad larut
dan homogen, kemudian didiamkan selama 24 jam
|
Didapatkan
bentonit yang homogen dengan air dan berkembang
|
9.
|
Al(OH)3 ditimbang
sebanyak 12,6 gram dengan menggunakan timbangan analitik
|
Didapatkan
Al(OH)3 sebanyak 12,6 gram
|
10.
|
Mg(OH)2
ditimbang sebanyak 9,45 gram dengan menggunakan timbangan analitik
|
Didapatkan
Mg(OH)2 sebanyak 9,45 gram
|
11.
|
Al(OH)3
dimasukkan ke dalam mortir, gerus ad halus, dikeluarkan dari mortir
|
Didapatkan
Al(OH)3 12,6 gram yang sudah dihaluskan
|
12.
|
Mg(OH)2
dimasukkan ke dalam mortar, gerus ad halus
|
Didapatkan
Mg(OH)2 9,45 gram sudah dihaluskan
|
13.
|
Mg(OH)2
ditambah Al(OH)3 sedikit demi sedikit, gerus ad halus dan homogen secara
geometric dillution
|
Didapatkan
campuran Mg(OH)2 dan Al(OH)3 yang homogen
|
14.
|
Gliserin diukur
sebanyak 84,5 ml dengan menggunakan beaker glass yang sudah ditara
|
Didapatkan
gliserin dengan volume sebanyak 84,5 ml
|
15.
|
Gliserin
ditambahkan ke dalam (13) sedikit demi sedikit ad terbasahi, dipindah ke
beaker glass
|
Didapatkan
campuran Mg(OH)2 dan Al(OH)3 yang terbasahi, berwarna putih susu
|
16.
|
Menthol
ditimbang sebanyak 0,00945 gram
|
Didapatkan
menthol sebanyak 0,00945 gram
|
17.
|
Gliserin diukur
sebanyak 10 ml dengan beaker glass yang sudah dikalibrasi
|
Didapatkan
gliserin 10 ml
|
18.
|
(16) dilarutkan
dalam (17) hingga larut
|
Didapatkan
menthol yang larut dalam gliserin
|
19.
|
(18) dipindah
dalam beaker glass
|
Didapatkan (18)
dalam beaker glass.
|
20.
|
(19)
ditambahkan dengan bentonit magma yang telah disiapkan sehari sebelumnya
|
Didapatkan
campuran Al(OH)3, Mg(OH)2 dan bentonit dalam beaker glass
|
21.
|
(20) + sisa
gliserin, diaduk ad homogen
|
Diapatkan
campuran yang homogeny berwarna putih susu
|
22.
|
(21)
ditambahkan air bebas CO2 ad 315 ml, aduk ad homogen
|
Didapatkan
campuran homogeny suspense dengan volume 315 ml
|
23.
|
(22) diaduk
dengan stirrer dengan kecepatan 500 rpm selama 15 menit
|
Didapatkan
suspense yang homogen
|
24.
|
(23) diuji pH
dengan pH meter
|
Suspense di
adjust pH bila belum sesuai
|
25.
|
Dimasukkan ke
dalam botol masing-masing 60 ml
|
Didapatkan
suspensi dalam botol masing-masing 60 ml
|
26.
|
Dilakukan uji
lain
|
Didapatkan
hasil uji
|
27.
|
Dikemas
|
Sediaan
suspensi berada dalam kemasan yang sudah disiapkan
|
Tabel
hasil evaluasi sediaan aktif
No.
|
Karakteristik
|
Perkiraan hasil
|
Hasil
pengamatan
|
1.
|
Organoleptik
|
Warna : putih
susu
|
Warna : putih
susu
|
Bau : mint
|
Bau : bentonit
(lemah)
|
||
Rasa : manis mint
|
Rasa : manis
mint
|
||
Konsistensi :
sedikit kental
|
Konsistensi :
sedikit kental
|
||
2.
|
pH
|
8-10
|
I = 9,06
|
II = 9,04
|
|||
III = 9,06
|
|||
Rata-rata =
9,053
|
|||
3.
|
Bobot jenis
|
1,126 g / mL3
|
|
4.
|
Volume
Terpindahkan
|
Tidak kurang
dari 60 mL
|
I = 60 mL
II = 60 mL
III = 60 mL
Rata-rata = 60
mL
|
5.
|
Uji homogenitas
|
Homogen
|
Homogen
|
6.
|
Uji Redispersi
|
2-3 kocokan
|
3 kocokan
|
7.
|
Uji sedimentasi
|
F=1
|
F Hari 1 = 33,3
F Hari 2 = 32,5
F Hari 3 = 31,6
F Hari 4 = 30
|
9.2.3 Evaluasi Sedimentasi
No.
|
Hari/Tanggal
|
Pengamatan
|
Foto
|
1.
|
Jumat, 11 Maret 2016
|
Vo = 60 ml
Vu = 60 ml
F= 1
|
|
2.
|
Senin, 14 Maret 2016
|
Vo = 60 ml
Vu = 20 ml
F = 33,3
|
|
3.
|
Selasa, 15 Maret 2016
|
Vo = 60 ml
Vu = 19,5 ml
F =32,5
|
|
4.
|
Rabu, 16 April 2015
|
Vo = 60 ml
Vu = 19 ml
F = 31,6
|
|
5.
|
Kamis, 17 Maret 2016
|
Vo = 60 ml
Vu = 18 ml
F = 30
|
XI.
PEMBAHASAN
XII.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan pembuatan
sediaan suspensi dengan zat aktif Mg(OH)₂ dan Al(OH)з dan dari evaluasi atau
uji sediaan yang telah dilakukan didapatkan hasil dari uji organoleptik
suspensi yang dibuat memiliki warna yaitu putih susu,
rasanya manis dan ada sedikit rasa menthol tapi lemah, serta baunya yaitu bau
bentonite dan mentholnya lemah sekali. pH sediaan suspensi yaitu 9,
053. Kemudian
volume terpindahkan rata-rata volume dari ketiga
sediaan yang diukur yaitu 60 ml, bobot jenis didapatkan hasil sebesar
1,126 g/ml3, dan redispersi termasuk dalam rentang spesifikasi yang
diinginkan. Untuk Volume sedimentasi (F) yaitu pada
hari pertama 33,3%, hari kedua 32,5%, hari ketiga 31,6% dan hari keempat 30%.. Homogenitas sediaan suspensi yang
dibuat telah homogen.
i.DAFTARPUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Departemen Kesehatan Repulik Indonesia. Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Departemen Kesehatan Repulik Indonesia. Jakarta.
Ansel
Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia.
Jakarta.Rowe,
R.C., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed, Pharmaceutical
Press, London
Tidak ada komentar:
Posting Komentar