LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN
LIKUID, SEMISOLID DAN STERIL
SEDIAAN ELIKSIR PARACETAMOL 120 mg/5 ml
Oleh
:
Kelompok
A4
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
No.
|
Uraian
|
Pustaka
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1.
|
ELIKSIR PARACETAMOL 120 mg/5 ml\
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tujuan :
Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa
dapat membuat formula eliksir, mahasiswa dapat membuat serta melakukan evaluasi sediaan akhir, mahasiswa dapat memahami pengaruh penggunaan bahan tambahan pemanis dan pengawet terhadap
stabilitas sediaan eliksir.
Dasar Teori :
Menurut
Farmakope Indonesia III,eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan zat pemanis lainnya, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet digunakan sebagai obat dalam, sebagai pelarut utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol sorbitol dan propilenglikol sebagai pengganti gula, dapat di gunakan sirup gula (Anonim, 1995).
Eliksir
adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk
efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir
biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang
lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa
senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih
mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang
larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan
kemudahan dalam pembuatannya,dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari
sirup (Ansel, 1989).
Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir jumlahnya berbeda-beda karena masing-masing
komponen eliksir mempuyai sifat kelarutandalam alkohol dan air yang
berbeda-beda. Tiap eliksir memerlukan campuran tertentu dari alkohol dan air untuk
mempertyahankan semua komponen dalam larutan. Disamping alkohol dan air, pelarut-pelarut
lain seperti gliserin dan propilen glikol, sering digunakan dalam eliksir
sebagai pelarut pembantu (Conors, 1986).
Semua eliksir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan, dan
hampir semua eliksir mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan penampilannya.
Eliksir yang mengandung alkohol lebih dari 10%-12%, biasanya juga bersifat
sebagai pengawet, sehingga tidak membutuhkan tambahan zat antimikroba sebagai
pengawet (Ansel 1989).
Parasetamol (acetaminophen) merupakan turunan senyawa sintetis dari
p-aminofenol yang memberikan efek analgesi dan antipiretik. Senyawa ini mempunyai
nama kimia N-asetil-p-aminofenol atau p-asetamidofenol atau
4’-hidroksiasetanilid, bobot molekul 151,16 dengan rumus kimia C8H9NO2.
Parasetamol memiliki waktu paruh eliminasi antara 1-3 jam. Acetaminofen
mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2
dihitung terhadap zat telah dikeringkan. Pemeriannya adalah hablur atau
serbuk, hablur putih, tidak berbau, rasa pahit. Suhu lebur 169ºC sampai 1720
ºC. Parasetamol
diabsorbsi dengan cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Obat ini tersebar
keseluruh cairan tubuh dan 25% terikat dengan protein plasma. Sebagian besar
perasetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sisanya dengan asam
sulfat. Metabolit hasil hidroksilasi obat ini dapat menimbulkan
methemoglobinemia dan hemolisis eritrosis. Obat ini dimetabolisme oleh enzim
mikrosom hati dan diekskresikan sebagian besar dalam bentuk
terkonjugasi melalui ginjal. Akibat dosis toksis yang yang serius adalah
nekrosis hati (Anonim, 1995).
|
(Anonim,1995),
(Ansel,1989),
(Conors, 1986).
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Dekripsi
Zat Aktif dan Preformulasi Bahan Eksipien
3.1
Paracetamol
(Anonim, 1979)
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit
Nama
Lain : Acetaminophen
Struktur Kimia :
Nama
Kimia : N-asetil-4-aminofenol
Rumus
Molekul : C8H9NO2
Berat
Molekul : 151,16
Kelarutan
: larut dalam 70
bagian air, dalam 7 bagianetanol (95%)p, dalam 13 bagian aseton p, dalam 40
bagian gliserol p, dan dalam 9 bagian propilenglikol p, larut dalam alkali
hidroksida.
Titik didih : -
Titik
leleh : 169
- 172
pH
Stabilitas : 3,8
– 6,1
Wadah
dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.
Stabilitas : Pada suhu
40
akan lebih mudah terdegradasi, lebih mudah terurai dengan adanya udara dan cahaya dari luar, pH jauh dari rentang
pH optimum akan menyebabkan zat terdegradasi karena hidrolisis
Inkompatibilitas
: -
Sifat
Khusus : -
Koefisien
Partisi : -
3.2 Propilenglikol
(Anonim, 1979) (Rowe et al., 2009)
Pemerian : Bersih; tidak berwarna; kental; tidak
berbau; rasa manis menyerupai gliserin
Nama Lain :
metil etilen glikol, metil glikol
Nama Kimia :
1,2 propanediol
Struktur Kimia :
Rumus Molekul : C3H8O2
BM : 76,09
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan etanol
95% p, dan dengan kloroform p. Larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat
bercampur dengan eter, minyak tanah dan dengan minyak lemak.
PH stabilitas :
3-6
PH larutan :
-
Titik didih :
188ºC
Titik leleh :
-59 ºC
Stabilitas :
Pada
suhu dingin, propilen glikol stabil di tempat tertutup, tetapi pada suhu
tinggi dan terbuka cenderung mudah teroksidasi menghasilkan produk seperti
propional dehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilen glikol
stabil bila dicampur etanol 95%, gliserin/air.
Inkompatibel :
Propilen
glikol tidak sesuai dengan reaksi pengoksidasi seperti kalium permanganat
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Sifat khusus :
viskositas 58,1 Mpas (58,1 cp) pada suhu 20
Densitas 1038 g/cm3 pada
suhu 20
3.3 Na Benzoat (Anonim,
1995) (Rowe et al., 2009)
Pemerian
: Granul atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau praktis tidak berbau, stabil di udara.
Nama
Lain : Sodium benzoat
Struktur
Kimia :
Nama
Kimia : Natrium benzekarboksilat
Rumus
Molekul : C7H5NaO2
Berat
Molekul : 144,11
Kelarutan
: Mudah larut
dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih. Mudah larut dalam etanol
90%.
pH
larutan : 8
pH stabilitas : 2-5
Titik
Didih : -
Titik
Leleh : -
Wadah
dan Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup
rapat dan di tempat sejuk serta kering
Stabilitas : Larutan yang
mengandung air dapat disterilkan dengan autoclaving atau penyaringan.
Inkompatibilitas
: dengan gelatin, garam
besi, garam kalsium dan garam logam berat yang mengandung perak dan merkuri.
Sifat
Khusus : Zat pengawet
Koefisien
Partisi : -
3.4 Saccharin Sodium (Anonim, 1995) (Rowe et
al., 2009)
Pemerian : serbuk hablur putih; tidak berbau
atau berbau aromatic lemah; memiliki
rasa manis dengan rasa agak pahit setelah beberapa waktu.
Nama
Lain : Saccharin natrium
Nama Kimia :
1,2-
Benzisothiazol-3(2H)-satu 1,1- dioksida
Struktur
Kimia :
Rumus
Molekul : C7H4 HNaO2 S
Berat
Molekul : 205,16
Kelarutan
: Agak sukar
larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter; larut dalam air mendidih;
sukar larut dalam etanol mudah larut dalam ammonia encer.
pH
Larutan : 6,6
pH Stabilitas : 2-6,6
Titik
Leleh : -
Titik
Didih : Terdekomposisi selama pemanasan
Wadah
dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Stabil dalam rentang kondisi normal dalam formulasi.
Hanya saja ketika dalam kondisi suhu tinggi (125ºC) dengan pH rendah <2,
maka selama lebih dari 1 jam akan terjadi dekomposisi.
Inkompatibilitas
: Tidak mengalami pencoklatan maillad
Sifat
Khusus : -
Koefisien
Partisi : -
3.5 Xylitol (Rowe et
al., 2009)
Pemerian : Berwarna putih, granul, tidak berbau, rasa manis, memberikan sensasi dingin.
Nama
lain : Xylitolum
Nama kimia :
Xylo-pentane-1,2,3,4,5-pentol
Struktur kimia :
Rumus Molekul : C5H12O5
Berat molekul : 152,15
Kelarutan : Mudah larut dalam air
pH
Larutan : 5-7
Titikdidih
/ leleh : - / 92-96
Stabilitas : Stabil terhadap panas tetapi sedikit higroskopis
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan agen pengoksidator
Penyimpanan : Simpan ditempat yang kering dan terlindung
dari cahaya
3.6 Etanol (Anonim, 1979) (Rowe et al., 2009)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Nama
lain : Alkohol, etil alkohol, etil hidroksida
Nama kimia :
natrium benzekarboksilat
Struktur kimia :
Rumus Molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform p dan eter p
pH
stabil : -
Titikdidih
/ leleh : 78,5
Stabilitas : Larutan etanol stabil dengan autoklaf,
atau filtrasi dengan harus disimpan di tempat sejuk
Inkompatibilitas : Dalam kondisi asam, etanol
bereaksi dengan oksidator. Tambahan alkali dapat mengurangi warna dan
aldehida, inkompatibel dengan konten aluminium dan beberapa obat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan njauh dari nyala api
Sifat khusus :
Dapat
mengiritasi mata dan membran mukosa
3.7 FD & C Red (MSDS, 2016)
Pemerian : Bahan cair; berwarna merah
Nama
lain : -
Nama kimia :
-
Struktur kimia : -
Rumus Molekul : -
Berat molekul : -
Kelarutan : larut dalam air dingin dan etanol
pH
stabil : -
Titikdidih
/ leleh : - / Terdekomposisi
Stabilitas : Tidak menunjukkan reaktivitas dengan air
Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, kering, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk dan dijauhkan dari panas tinggi.
Sifat khusus :
-
3.8 Raspberry (MSDS, 2016)
Pemerian : Cairan berwarna merah gelap
Nama
lain : -
Nama kimia :
-
Struktur kimia : -
Rumus Molekul : -
Berat molekul : -
Kelarutan : -
pH
Larutan : 2,9
Titikdidih
/ leleh : -
Stabilitas : Tidak menunjukkan reaksi yang signifikan dengan air
Inkompatibilitas : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
di tempat sejuk dan kering
Sifat khusus :
-
Koefisien partisi : -
3.9 Aquadest (PubChem, 2016) (Anonim, 1979)
Pemerian
:
Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
Nama
Lain :
Aqua, aqua purificata
Struktur
Kimia :
Nama
Kimia : Dihidrogen oksida
Rumus
Molekul : H2O
Berat
Molekul : 18,02
Kelarutan
: -
pH
: 7
Titik
Didih :
100◦C
Wadah
dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas
:
Stabil dalam semua kondisi
fisik (es, cair, uap).
Inkompatibilitas
: Dalam formulasi, air dapat
bereaksi dengan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis.
Sifat
Khusus :
-
Koefisien
Partisi : -
|
(Anonim, 1973)
(Anonim,1995) (Rowe et al., 2009)
(PubChem,
2016), (MSDS, 2016)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4.
|
Formulasi dan Rasionalisasi Formula
4.1 Formula
4.2 Rasionalisasi Formula
-
Pelarut yang digunakan untuk melarutkan paracetamol sebanyak 5 ml yang terdiri
dari alkohol (etanol 95 %) dan propilenglikol 14 % yang ditambahkan dengan
aquadest. Digunakan pelarut campur karena eliksir merupakan larutan hidroalkohol
sehingga menggunakan pelarut alkohol (etanol) dan air. Digunakan
propilenglikol untuk meningkatkan kelarutan dari bahan aktif dan membuat
sediaan stabil.
-
Ditambahkan Na benzoat karena sediaan eliksir paracetamol merupakan
larutan, sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroba. Na benzoat digunakan sebagai
antimikroba atau pengawet.
-
Digunakan pemanis Xylitol karena Xylitol memiliki tingkat kemanisan yang
sama dengna sukrosa sehingga dapat digunakan untuk menggantikan sukrosa pada
eliksir paracetamiol.
-
Perasa yang digunakan dalam sediaan eliksir paracetamol ini adalah
raspberry q.s yang ditambahkan sesuai kebutuhan untuk meningkatkan
akseptabilitas.
-
Pewarna yang digunakan FD & C Red q.s untuk meningkatkan
akseptabilitas dan menyesuaikan perasa raspberry yang digunakan.
-
Digunakan pemanis yang lain yaitu saccharin sodium sebanyak 0,1%
berdasarkan rentang pada HOPE yaitu sebagai oral solution 0,075-0,5%.
-
Alasan kenapa digunakan 2 pemanis yaitu xylitol dan saccarin sodium
adalah selain digunakan untuk menutupi rasa pahit pada sediaan elixir, juga
digunakan untuk menutupi rasa yang memabukkan (nauseous) pada sediaan karena
penggunaan etanol.
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5.
|
Perhitungan
Jumlah
sediaan yang akan dibuat 5 botol dan total sediaan berjumlah 300 ml
Uji volume terpindahkan 1 botol = 60-61 ml
Uji volume terpindahkan 5 botol = 300-305
ml
Volume tiap botol = 60 ml
5.1 Paracetamol (120 mg/5 ml)
1 botol =
Dilebihkan 2%
Untuk 5 botol = 5 x 1468,9 mg =
7344 mg
5.2 Propilenglikol (14%)
1 botol =
Dilebihkan 2%
à 44,55 gram
Untuk 5 botol = 5 x
= 42,84 ml
5.3 Etanol (5%)
1 botol =
Dilebihkan 2%
Untuk 5 botol = 5 x
= 15,3 ml à 12,39 gram
5.4 Air
(81%)
1 botol =
Dilebihkan 2%
Untuk 5 botol = 5 x
= 247,86 ml
5.5 Na benzoat (0,3%)
Untuk 1 botol =
Dilebihkan
2%
Untuk 5
pot = 5 x 0,1836
gram = 0,918 gram
5.6 Saccharin Sodium (0,1%)
Untuk 1 botol =
Dilebihkan
2%
Untuk 5
pot = 5 x 0,0612
gram = 0,306 gram
5.7 Xylitol (10%)
Untuk 1 botol =
Dilebihkan
2%
Untuk 5
pot = 5 x 6,12 gram
= 30,6 gram
Berdasarkan HOPE :
-
Xylitol larut dalam 1,6 bagian air
-
Saccharin sodium larut dalam 1,2 bagian air
-
Na benzoat larut dalam 1,8 bagian air
Total pelarut dalam 5 botol :
Air untuk melarutkan bahan =
Total air :
50,9796 ml (air) + 15,3 ml (etanol) + 42,84 ml (propilenglikol)
= 109,1196 ml
Sisa air = 247,86 ml - 109,1196 ml = 138,7404 ml
# Perhitungan Kd pelarut campur
·
1 bagian paracetamol larut dalam 7 bagian etanol, dalam
formulasi paracetamol 120 mg/5 ml x 60 ml = 1440 mg
·
Untuk melarutkan paracetamol butuh alkohol = 1,44 g x 7
= 10,08 ml
·
Air yang dibutuhkan 60 ml – 10,08 ml = 49,92 ml
·
Fraksi alkohol =
·
Fraksi air =
{ Kd pelarut campur = Kd cat terlarut
(paracetamol) }
Kd PCT =
=
= 4,2 + 66,56 = 70,76
Kd Etanol = 25 ; Kd PG = 32,1 ; Kd Air = 80
Kd Pelarut Campur =
70,76 =
70,76 = 1,25 + 32,1x + 76-80x
47,9x = 6,49
x = 0,14
Propilenglikol = x à Propilenglikol = 0,14 = fpg = 14%
Etanol = 5%
fair = 0,95 – x = 0,95 – 0,14 = 0,81
fair = 81%
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6.
|
Penimbangan
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
8.
|
Uji
Mutu Sediaan Farmasetika Sediaan Akhir
8.1 Evaluasi
Organoleptik
Prinsip :Menguji bau, warna, dan rasa menggunakan alat indera.
Tujuan :Untuk mengetahui kesesuaian produk akhir dalam hal bau,
rasa, dan warna dengan bahan-bahan yang digunakan dalam proses formulasi.
Metode :
- Bau : membandingkan bau dari produk akhir apakah sesuai dengan bahan
pemberi aroma yang digunakan.
-
Rasa : membandingkan
rasa dari produk akhir apakah sesuai dengan perasa yang digunakan.
-
Warna :
mengamati warna dari produk akhir, apakah sesuai dengan bahan pewarna yang
digunakan.
Penafsiran Hasil :Bau aroma rasberry, rasa manis, dan warna merah harus sesuai dengan pewarna, aroma,
dan perasa yang ditambahkan pada sediaan.
8.2 Evaluasi Kejernihan
Prinsip :Membandingkan kejernihan produk akhir dengan akuades atau
pelarut yang digunakan.
Tujuan :Untuk mengetahui kejernihan larutan dan mengetahui apakah
masih ada bahan-bahan yang belum terlarut.
Metode :Dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi masing-masing larutan
zat uji dan larutan pembanding hingga tabung reaksi terisi tepat 40 mm.
Bandingkan kedua
isi tabung setelah 5 menit dengan latar belakang
hitam.
Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi tegak
lurus ke arah
bawah tabung.
Penafsiran Hasil :Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihan sama dengan
air atau pelarut yang digunakan.
8.3 Evaluasi pH
Prinsip :Diukur menggunakan alat potensiometrik (pH meter) yang
sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya.
Tujuan :Untuk mengetahui pH dari produk akhir dan membandingkannya dengan
pH teoritis.
Metode :Pengukuran dilakukan pada suhu 250 ± 20,
kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Skala pH ditetapkan
dengan persamaan : pH = pHs + [(E – Es)/k]. E dan Es = potensial
terukur dengan sel galvanik.pHs = larutan dapar untuk pembakuan yang tepat.k
= perubahan dalam potensial per perubahan unit dalam pH.
Penafsiran Hasil :Harga pH 3,8 – 4,0 dilihat dari yang tertera pada
potensiometer/pH meter.
8.4 Evaluasi Bobot Jenis
Prinsip :Mengukur bobot jenis menggunakan piknometer.
Tujuan :Untuk mengetahui bobot jenis produk akhir dan
membandingkannya dengan bobot jenis teoritis.
Metode :Digunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi
dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan, pada
suhu 250 C. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 200 C,
masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga
suhu 250 C, buang kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan bobot
piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diiisi.
Penafsiran Hasil :[(Bobot piknometer kosong + sampel) – bobot piknometer] /
[(Bobot piknometer kosong + air) – bobot piknometer]
8.5 Uji Volume Terpindahkan
Prinsip :Mengukur volume sediaan larutan dari masing-masing botol di
gelas ukur, apakah memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket.
Tujuan :Untuk mengetahui ketepatan volume akhir, apakah sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan atau tidak.
Metode :Dituang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas
ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua
setengah kali volume yang diukur, dituang secara hati-hati untuk
menghindarkan terbentuknya gelembung udara dan didiamkan selama tidak lebih
dari 30 menit. Jika telah bebas dari gelembung udara, diukur volume tiap
larutan.
Penafsiran Hasil :Jika telah bebas dari gelembung udara. Volume rat-rata dari
iap wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang ada pada etiket dan tidak
lebih dari satu wadah yang volumenya kurang dari 95%, tetapi tidak kurang
dari 90% dari volume yang tertera pada etiket.
8.6 Uji Viskositas
Prinsip :Penetapan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah volume
tertentu cairan untuk mengalir melalui kapiler.
Tujuan :Mengetahui viskositas produk akhir.
Metode :Isi tabung dengan sejumlah minyak tertentu. Atur meniskus
cairan dalam tabung kapiler hingga garis graduasi teratas dengan bantuan
tekanan / pengisapan. Buka kedua tabung pengisi dan tabung kapiler agar
cairan dapat mengalir bebas ke dalam wadah melawan atmosfir. Catat waktu
dalam detik yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas atas hingga
batas bawah dalam tabung kapiler.
Penafsiran Hasil :Hasil viskositas adalah waktu yang tercatat dalm detik yang
diperlukan cairan untuk mengalir dari batas atas hingga batas bawah dalam
tabung kapiler sebagai dt, kemudian dimasukkan dalam rumus : k = v / dt.
Dimana, k = konstanta viskosimeter; v = kekentalan cairan yang diketahui
dalam sentipoise.
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
9.
|
Tabel Data Pengamatan
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
10.
|
Pembahasan
Berdasarkan
pembuatan eliksir Paracetamol 120mg/5mL, didapatkan
hasil berupa, pada uji organoleptik, warna eliksir yang terjadi adalah merah muda – bening, karena pewarna
yang digunakan adalah FD & C Red yang berwarna merah. Rasa manis lama-lama agak pahit dengan sedikit rasa Rasberry. Rasa manis berasal dari pemanis yang digunakan yaitu xylitol dan saccharin sodium, sedangkan munculnya sedikit rasa pahit adalah berasal
dari adanya
Paracetamol yang digunakan sebagai bahan aktif dalam sediaan eliksir. Bau yang dihasilkan sesuai dengan perasa yang digunakan
yaitu rasberry. Sediaan eliksir paracetamol memiliki konsistensi yang encer. Hasil uji
organoleptik ini tetap tidak ada perubahan, artinya sediaan eliksir stabil
secara organoleptik.
Untuk uji pH
didapatkan hasil pH eliksir yaitu 3,99. Hasil ini sesuai
dengan spesifikasinya yaitu pH pada rentang 3,8-4,0.
Rentang pH tersebut diperoleh dari rentang pH antimokroba yang digunakan
yaitu Na Benzoat antara 2,5 – 4,0 serta dari pH bahan aktif 3,8-6,1. Untuk
memperoleh pH sesuai rentang dilakukan test pH, dimana pH awal eliksir adalah
6,88 atau pH netral. Agar mencapai rentang pH yang diinginkan yaitu pH asam
(3,8 – 4,0) maka dilakukan penambahan asam sitrat sehingga pH sediaan eliksir
semakin turun dan bedara pada rentang pH yang diinginkan.
Selanjutnya uji kejernihan, sediaan eliksir paracetamol
yang dibuat memiliki tingkat kejernihan (++) yaitu sedikit jernih dengan
spesifikasi (+++) jernih (++) sedikit jernih dan (+) tidak jernih. Hal
tersebut dapat terjadi karena pada saat melarutkan paracetamol pada pelarut
campur etanol dan propilen glikol dalam keadaaan terbuka sehingga kemungkinan
ada sebagian etanol yang menguap, dengan kata lain tidak sebanyak 5% etanol
yang digunakan untuk melarutkan paracetamol. Hal tersebut menyebabkan pada
sediaan masih terdapat partikel-partikel kecil. Kemudian, dilakukan
pengadukan terus-menerus yang menghasilkan sediaan eliksir menjadi sedikit
jernih dengan sedikit sekali partikel paracetamol yang tertinggal.
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
11.
|
Kesimpulan
Dalam
praktikum ini dibuat dalam sediaan Eliksir, yaitu Eliksir Paracetamol. Formula dari eliksir ini adalah Paracetamol 120mg/5ml sebagai bahan aktif
(obat). Propilen glikol
14%,
Etanol
5%
dan sebagian air sebagai pelarut campur. Na Benzoat 0,3% sebagai pengawet
(antimikroba). Sakarin Natrium
0,1%
dan Xylitol
10%
sebagai pemanis dalam sediaan eliksir paracetamol ini. FD & C Red sebagai pewarna
sediaan dan Raspberry
sebagai perasa sediaan Paracetamol. Dari evaluai yang dilakukan selama satu
minggu, eliksir Paracetamol dengan formula tersebut stabil, karena dari segi
organoleptis (warna: merah; bau : raspberry; rasa : manis), konsistensi
(sedikit encer), kejernihan (jernih), dan pengujian pH dari sediaan tersebut
adalah 3,99 (masih
dalam rentang pH stabilitas). Evaluasi
yang dilakukan diperoleh hasil yang konstan dari hasil akhir hingga sediaan
diamati selama 1 minggu. Penggunaan pemanis dan pengawet mempengaruhi
stabilitas sediaan eliksir karena pH dari bahan tambahan (pemanis maupun pengawet) dapat mengubah pH larutan
sehingga mempengaruhi kestabilan dari sediaan. Oleh karena itu dalam
pembuatan eliksir Paracetamol dilakukan adjust pH agar sediaan eliksir
Paracetamol tetap stabil (pH dalam rentang stabilitas).
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
12.
|
Daftar Pustaka
Ansel,
H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI Press.
Anonim,
1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III.
Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim,
1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV.
Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Connors,
K. A., Amidon, G. L. and Stella, V. J. 1986. Chemical Stability of
Pharmaceutical, New York : John Willey
and Sons.
Rowe,
R.C., PJ. Sheshky, dan ME. Quinn.
2009. Pharmaceutical Design. London
: Pharmaceutical Press.
|
Sabtu, 21 September 2019
SEDIAAN ELIKSIR PARACETAMOL 120 mg/5 ml
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar